
Communio berarti persekutuan. Sinodalitas berarti berjalan bersama. Kolegalitas kebersamaan.
Tiga istilah di atas, esensinya sama yakni merujuk pada banyak orang yang bersama-sama (berpikir dan bertindak bersama).
Tiga istilah di atas, jika ditelisik, dapat ditemukan perbedaannya. Perbedaannya terletak pada unsur personal yang diacu dalam ketiga istilah itu.
Komuni
Sebutan Communio merujuk pada Sakramen Permandian sebagai dasar persekutuan. Seseorang, ketika menerima permandian, ia dibebaskan dari dosa asal. Dalam keadaan murni ini, ia dimampukan oleh Rahmat Allah untuk sungguh-sungguh bersatu di dalam GerejaNya yang Kudus dan juga diangkat menjadi anak-anak Allah.
Maka Communio pertama-tama merupakan urusan internal Gereja. Urusan internal ini penting, mengingat bahwa gaung eksternal hanya dapat kuat, apabila internalnya benar-benar bersatu. Yang paling penting adalah Communio ini tidak boleh memandang mereka yang lain sebagai lawan atau musuh yang harus dirusak. Persekutuan harus bercorak Trinitaris, di mana kasih menjadi semangat dasar dalam hidup bersekutu dengan semangat perikoresis. Semangat perikoresis berarti saling merangkul, saling meresapi tanpa intervensi, yang satu melebihi yang lain.
Hubungan antara sinodalitas dan communio ialah communio merupakan salah satu aspek dari sinodalitas. Itu berarti dalam semangat sinodalitas, setiap umat beriman dalam persekutuan, atas Rahmat Baptisan, terpanggil untuk memandang yang lain sebagai sesama.
Sinodalitas dalam aspek communio memberi penekanan pada pentingnya Sakramen Pembaptisan sebagai dasar bergerak bersama dan sebagai dasar pergerakan misi.
Sinodalitas
Menurut Paus Fransiskus, sinodalitas adalah dimensi esensial Gereja. Bagi Paus Fransiskus, sinode adalah jalan yang dilalui Umat Allah secara bersama-sama. Jalan itu adalah Yesus sebagai Jalan Kebenaran dan Hidup (Yoh 14:6).
Secara eklesiologis, sinodalitas merupakan modus vivendi et operandi (cara hidup dan berkarya). Sebagai cara hidup dan berkarya, sinodalitas menegaskan tentang kelanjutan dalam sejarah dan kesetiaan yang kreatif terhadap tradisi.
Dalam berlalunya, terjadi pertukaran yang menakjubkan (mirabile commercium), dengan prinsip; Allah menjadi manusia untuk menunjukkan kesetiakawananNya dan dengan mengenakan tubuh kemanusiaan, manusia diangkat kodratnya menjadi anak-anak Allah.
Sinodalitas adalah inti dari komitmen ekumenis
orang-orang Kristen: karena sinodalitas mewakili undangan untuk berjalan bersama di jalan menuju persekutuan penuh dan– bila dipahami dengan benar menawarkan cara untuk memahami dan mengalami Gereja di mana perbedaan-perbedaan yang ada menemukan tempat dalam kerangka berpikir pertukaran timbal balik -balik karunia dalam terang kebenaran.
Kolegialitas
Sinodalitas dalam aspek kolegialitas, termanifestasi pada para Uskup (kolegialitas episkopal). Inilah ciri khas apostolik dari sinodalitas. Bahwa dengan tegas tentang semangat jalan bersama, di sana semangat Gereja Perdana juga ditegaskan. Semangat Gereja Perdana ini termanifestasi dalam diri para Uskup dalam kesatuannya dengan Bapak Suci di Roma sebagai Primus Inter Pares.
Aspek kolegialitas dari sinodalitas menunjukkan ciri magisterial (Magisterium Gereja), dalam hal ini para Uskup dalam kesatuannya dengan Bapa Paus, demi menjaga dan melahirkan semangat persekutuan dari berbagai ekstremisme, radikalisme dan inklusivisme. Itulah pentingnya, mengapa dalam karya misi, kaum terbaptis tidak boleh melepaskan diri dari kaum tertahbis dan kaum tertahbis pun tidak boleh memandang rendah kaum terbaptis.
Dari tiga poin di atas, terlihat bahwa sinodalitas hanya dapat berjalan, bukan hanya karena ada bersama, melainkan harus berjalan dan bergerak bersama. Pergerakan bersama ini dipandang sebagai pergerakan misi. Pergerakan misi ini hanya dapat berjalan ketika berada dalam persekutuan (communio), bergerak dan berpartisipasi bersama (participatio) menjalankan misi (missio) kabar gembira dan pertobatan sejati.
Oleh RD. Yudel Neno