Oleh: Fr. Redemptus Tefa, Pr

keuskupanatambua.org,- Perayaan Natal menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Kristiani di seluruh dunia, tak terkecuali di kita sini Indonesia. Natal adalah perayaan imani Allah menjadi manusia  kita berjuang dan Allah masuk kedalam dunia ini menjadi manusia untuk berjuang bersama kita. Ia datang ke dunia untuk memberi kekuatan bagi kita manusia bahwa perjuangan manusia di dunia tidaklah sia-sia.  Berbeda dari biasanya, perayaan Natal tahun 2020 digelar di tengah situasi pandemi Covid-19. Tentu, ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan sesuai ketentuan pencegahan Covid-19.

Tema Natal Tahun 2020 “Mereka akan Menamakan-Nya Immanuel” (Matius:1-23), Dikutip dari situs KWI, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) turut menyampaikan rasa prihatin atas situasi Pandemi Covid-19 yang telah melanda dunia saat ini. Kutipan tema Natal 2020 ini merupakan pesan yang disampaikan malaikat ketika menampakkan diri kepada Yusuf yang saat itu berencana memutuskan Maria secara diam-diam setelah mengetahui tunangannya mengandung.

Peristiwa tersebut diharapkan bisa mengingatkan orang Kristen tentang penggenapan nubuat akan kedatangan sang Mesias yang dalam Perjanjian Lama banyak disampaikan oleh Para Nabi. Walaupun masih berjuang menghadapi pandemi, termasuk ketika Gereja-gereja masih menutup pintu untuk ibadah secara langsung, perayaan Natal 2020 diharapkan tetap bisa berlangsung dengan sukacita dan penuh harapan.

Tema renungan kita hari ini adalah “Dialah Allah Imanuel”. Ketika kita merayakan Natal, apakah kita sungguh-sungguh merasakan bahwa Yesus yang datang ke dunia ini adalah “Imanuel” yaitu Allah menyertai kita. Kapan kita merasakan Yesus Kristus adalah “Imanuel”? Pada umumnya kita mengatakan bahwa Yesus adalah Allah Imanuel ketika kita merasakan sukacita, hidup berkelimpahan, dan dalam keadaan lancar. Tapi apakah kita masih bisa mengatakan Yesus adalah Allah Imanuel ketika kita mengalami musibah atau dalam kesusahan?

Dari sini kita dapat melihat bagaimana Allah Imanuel memimpin perjalanan hidup Yusuf dan Maria. Yusuf adalah seorang pemuda yang tulus hati, memiliki karakter yang lebih baik dan menyenangkan hati Tuhan. Demikian juga Maria adalah seorang gadis yang lebih baik dan memiliki kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan. Yusuf dan Maria sudah bertunangan dan selanjutnya pasti akan masuk ke dalam sebuah pernikahan. Hari-hari yang dilalui mereka tentu penuh sukacita, karena Allah menyertai mereka. Tapi sebelum Yusuf menikahi Maria mereka mengalami sebuah ujian yang berat. Tiba-tiba Maria mengandung sebelum mereka hidup sebagai suami istri maka Yusuf berniat menceraikannya secara diam-diam. Santo Yosef itu pria sejati, menghargai wanita, jaga harga diri dan martabat wanita. Ia bisa saja meninggalkan maria dalam keadaan hamil tapi Santo Yosef tahu diri, rencana Tuhan bukan rencananya. Ia tidak mau Maria jatuhkan air mata, karena ia tahu air mata (WANITA IBU) itu doa. Dengan Tuhan lebih baik dengar dan ikut saja jangan terlalu protes dengan Dia. Santo Yosef diam saja. Sekali-kali protes juga boleh, tapi jangan keenakan protes karena ciptaan tidak akan pernah sama dengan Penciptanya.

Kalau ada pasangan yang tidak harmonis berdamai natal sudah di depan mata. Sehingga natal tidak menjadi perayaan yang lewat saja tanpa bermakna untuk kehidupan keluarga kita. Tidak perlu terlihat baik oleh orang lain karena apa yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik (tulus). Cukup tetap menjadi orang yang benar-benar tulus, jujur, dan iklas agar orang-orang yang mempunyai mata hati saja yang bisa merasakan siapa yang baik. Jadilah pribadi-pribadi yang baik bukanlah orang-orang yang pura-pura baik.

Dari kehidupan Yusuf dan Maria kita Dapat Melihat dan Belajar: Arti Imanuel dalam Kehidupan kita:

Pertama, Allah menyertai kita dalam segala kondisi.

Allah menyertai Yusuf (Santo Yosef) dan Maria bukan hanya ketika mereka dalam keadaan sukacita, tetapi pada saat mereka dalam kebingungan dan kesulitan Allah tetap menyertai mereka. Dalam segala kondisi yang mereka alami Allah selalu menyertai mereka. Bagi kita lebih mudah merasakan dan mengatakan Allah menyertai kita pada saat kita sedang berhasil daripada ketika kita mengalami kegagalan. Mengapa? Karena pada dasarnya manusia hanya mau menerima yang baik saja dari Allah. Jika tidak mau untuk terluka jangan pernah melukai. Dengan mulutmu keluarkanlah perkataan yang baik. Jangan menyakiti dan membunuh dengan kata. Sebab kata yang melukai akan membekas untuk waktu yang lama. Jika kamu  terus melukai, jangan salahkan Tuhanmu bila kamupun akan merasa sakitnya luka. Seperti teguran Ayub kepada istrinya “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya (Ayub 2:10).

Hidup tak pernah lepas dari berbagai macam masalah. Masalah itu terkadang membuat kita jatuh, putus asa, dan tidak percaya lagi pada Tuhan. Saat menghadapi situasi sulit sekalipun, ingatlah kata “Imanuel”. Karena Allah Tritunggal akan selalu beserta kita. Ia akan senantiasa menolong kita, memberkati kita, dan tidak akan membiarkan kita terus-menerus terjerat pada situasi sulit tersebut. Lagipula, Allah tidak akan pernah memberikan cobaan melampaui kemampuan kita.

Jadi, apapun masalah dalam hidup, baik itu masalah pekerjaan, keuangan, anak-anak, bahkan masalah keluarga sekalipun Percayalah! Kasih-Nya akan selalu menaungi anak-anak-Nya. Uluran kasih dan kebaikan-Nya tak pernah habis dalam hidup kita. Ia akan membantu kita mengalahkan kesulitan, kekhawatiran, dan ketakutan.

Kedua, Allah Turut Bekerja dalam segala kondisi.

Sungguh sulit dibayangkan bila Allah tidak turut bekerja di dalam kehidupan Yusuf dan Maria. Karena masalah yang mereka hadapi bukan hanya pada saat Maria tiba-tiba diberitahukan sedang mengandung dari Roh Kudus. Tetapi setelah itu banyak kesulitan bahkan ancaman maut sedang menantikan mereka, sampai akhirnya Sang Imanuel itu harus lahir di sebuah kandang yang hina. Tapi kita melihat dalam semua kesulitan yang Yusuf dan Maria hadapi, Allah selangkah demi selangkah memimpin Yusuf dan Maria sehingga mereka dapat melewatinya (menggenapi misi yang dipercayakan Allah).

Allah sungguh turut bekerja di dalam kehidupan mereka, juga di dalam kehidupan kita. Dengan rendah hati, mendengarkan Tuhan, daripada ikut kemauan sendiri. Kemauan sendiri yang kita pupuk terus-menerus tanpa mendengarkan orang lain apalagi suara Tuhan itu sebenarnya kejahatan yang besar. Karena lama-kelamaan akan dihayati sebagai sebuah kebenaran menurutnya. seperti yang tertulis di Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Ketiga, Allah tidak meninggalkan kita dalam segala kondisi.

Walaupun Allah membiarkan ada kesulitan dalam kehidupan Yusuf dan Maria, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Allah selalu menguatkan Yusuf dan Maria melalui para malaikatNya. Karena itu Maria bisa dengan penuh keyakinan mengatakan: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk. 1:38). Terutama ketika mereka harus melarikan diri ke Mesir untuk menghindari bencana pembunuhan bayi yang diperintahkan oleh Herodes, sejak awal Allah sudah mempersiapkan bagi mereka emas melalui orang-orang Majus.

Kasih setia Tuhan senantiasa Ia berikan kepada kita. Kasih-Nya tiada batas, tak pernah berkesudahan, dan tak pernah memandang kesalahan maupun dosa yang kita perbuat. Meskipun kita hina, Ia tidak pernah memandang hina diri kita. karakter Kristus tidak dengki, sangat berbeda dengan karakter manusia pada umumnya. Ia selalu menganugerahi kita kasih yang berlimpah. Tidakkah itu cukup bagi kita selaku umat Kristiani? Apalagi yang lebih berarti daripada kasih karunia dan penyertaan Tuhan Yesus?

Tuhan adalah penopang dalam hidup kita. Ia memberikan kita kekuatan, baik kekuatan rohani maupun jasmani untuk menjalani hidup ini. Sumber yang Ia berikan kepada kita tak terbatas. Itulah sebabnya mengapa kita selalu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk menghadapi semua tantangan dalam hidup. Karena Ia juga ada untuk menyokong hidup kita.

Kamu jahat, akupun jahat. Kamu baik, akupun akan baik”. Itulah prinsip dalam hidup manusia. Namun, prinsip tersebut tidak berlaku pada Tuhan. Kita sebagai manusia yang penuh dosa, tetap saja masih bisa merasakan kasih Tuhan Yesus. Dia yang duduk di Tempat yang Maha Tinggi mau merendahkan diri, dan datang untuk menolong umat manusia yang kesusahan tanpa memandang apakah orang tersebut berdosa atau tidak. (Baca juga: Cara Berdoa yang Benar)

Pertanyaan Syering:

Bagaimana kita dapat merasakan dan yakin bahwa Allah Imanuel senantiasa menyertai kita? Seperti Yusuf dan Maria, kita harus tunduk, taat dan setia melakukan perintah Tuhan. Bagaimana kehidupan kita saat ini? Biarlah dalam segala kondisi yang kita hadapi, kita tetap tunduk, taat dan setia melakukan Firman Tuhan, supaya kita dapat merasakan kehadiran “Allah Imanuel” dalam kehidupan kita. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin. Selamat Pesta Natal !

*TOPER Kantor Pusat Pastoral Keuskupan Atambua 2020

SHARE