Paus Fransiskus pada peringatan Hari Orang Sakit Sedunia ke-XXXII, 11 Februari 2024 mengajak seluruh umat Katolik untuk menaruh bela rasa terhadap orang-orang sakit. Dengan bertolak dari kenyataan para penderita kusta, Paus Fransiskus menyebut orang-orang sakit sebagai sosok terasing, yang perlu kita perhatikan sebagai ekspresi kita beriman.
Realitas suram dalam relasi ditimbulkan oleh kuatnya budaya individualisme, yang menyebabkan kesendirian yang berkepanjangan dan peninggalan yang menyakitkan
Bahwasannya, orang-orang sakit, karena kondisi mereka, seringkali mereka tidak mampu urus diri sendiri. Itulah sebabnya, keadaan mereka itu, atas daya dorong semangat persekutuan dan persaudaraan yang tertanam sejak kisah penciptaan, mereka yang menderita, harus segera dipandang sebagai orang pertama untuk diselamatkan.
Keterasingan menyebabkan manusia kehilangan makna hidup. Keterasingan menghilangkan kegembiraan cinta dan membuat kita mengalami atau terjebak dalam perasaan kesepian yang menyesatkan di semua bagian penting kehidupan
Pada ajakan dalam surat yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus, ditulis judul : Tidak baik kalau manusia itu hidup sendirian (Kejadian 2 : 18) dengan judul sambung; Penyembuhan orang sakit melalui penyembuhan relasi.
Budaya membuang, produk individualisme, nyatanya lebih parah, karena menurunnya perhatian kepada mereka yang sakit akibat intervensi keputusan politik yang tak karuan
Bapa Suci merefleksikan, betapa pentingnya kasih mendasari setiap relasi. Kasih yang mendasari relasi akan mampu membuang jauh-jauh budaya dan mental individualisme, yang banyak kali hadirnya memberi hujan malapetaka bagi tumbuh suburnya situasi dan praktek keterasingan.
Kedekatan yang berbela rasa dan kasih sayang dalam perawatan orang sakit merupakan bentuk pertama pendekatan yang tak tergantikan, dan sekaligus menjadi rahasia dan alasan, mengapa orang harus segera sembuh. Sebab kasih adalah obat paling manjur bagi terawatnya relasi
Sebagai bantuan refleksi lebih mendalam, TIGA BELAS BUTIR pemikiran Paus Fransiskus di bawah ini, Penulis hadirkan dengan upaya perumusan original untuk mempertahankan substansi perumusan Bapa Suci.
Butir Pertama
Dasar relasi ada pada kenyataan bahwa Allah menciptakan karena kasihNya, dan karena itu, semangat persekutuan adalah tujuan utamanya.
Butir Kedua
Karena semangat persekutuan itu tertanam dalam hati nurani manusia sejak diciptakan, maka kenyataan ditinggalkan merupakan suatu pengalaman yang menyakitkan, menakutkan, bahkan tidak manusiawi.
Butir Ketiga
Realitas suram dalam relasi ditimbulkan oleh kuatnya budaya individualisme, yang menyebabkan kesendirian yang berkepanjangan dan peninggalan yang menyakitkan.
Butir Keempat
Sikap lebih mementingkan produktivitas, sikap acuh tak acuh, sikap memupuk mitos efisiensi merupakan suatu realitas suram, produk dari kuatnya semangat individualisme.
Butir Kelima
Sikap individualisme menciptakan budaya membuang, dimana manusia tidak dipandang sebagai nilai terpenting yang harus dihormati.
Butir Keenam
Budaya membuang, produk individualisme, nyatanya lebih parah, karena menurunnya perhatian kepada mereka yang sakit akibat intervensi keputusan politik yang tak karuan.
Butir Ketujuh
Nilai persekutuan masa ciptaan sesungguhnya rusak karena dosa-dosa manusia. Akibat dosa-dosa manusia, muncul kecurigaan, keretakan dan perpecahan, yang memuncak pada kenyataan keterasingan.
Butir Kedelapan
Keterasingan menyebabkan manusia kehilangan makna hidup. Keterasingan menghilangkan kegembiraan cinta dan membuat kita mengalami atau terjebak dalam perasaan kesepian yang menyesatkan di semua bagian penting kehidupan.
Butir Kesembilan
Kedekatan yang berbela rasa dan kasih sayang dalam perawatan orang sakit merupakan bentuk pertama pendekatan yang tak tergantikan, dan sekaligus menjadi rahasia dan alasan, mengapa orang harus segera sembuh. Sebab kasih adalah obat paling manjur bagi terawatnya relasi.
Butir Kesepuluh
Kita lahir ke dunia ini disertai dengan misi. Misi itu ialah mengabdi kebenaran, berbagi cinta kasih, membangun persekutuan dan persaudaraan.
Butir Kesebelas
Kenyataan orang-orang sakit sebetulnya merupakan suatu panggilan bagi kita, yang sifatnya mendesak, untuk mundur dari kesibukan kita, demi menemukan kembali diri kita sendiri dengan cara mendekatkan mereka yang sakit pada kelemah-lembutan.
Butir Keduabelas
Kristus telah meletakan cinta teladan bagi kita, tentang perhatian kepada orang-orang sakit. Meri kita merawat luka kesendirian dan keterasingan sembari memerangi budaya individualisme, budaya tak peduli, budaya membuang dan budaya acuh tak acuh.
Butir Ketigabelas
Semoga tidak pernah kita lupa bahwa orang-orang sakit ialah inti dari Gereja, sebagaimana konsentrasi Sang Gembala terhadap orang-orang sakit. Belas kasihan terhadap mereka ialah cara jitu membenamkan fakta keterasingan.
Penulis : RD. Yudel Neno