Close Menu
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • MUSIK SEBAGAI KATHARSIS – PENGALAMAN ESTETIS DALAM KONSER Calpestando La Terra – Sostenendo il Cielo
  • Utusan Keuskupan Atambua Siap Ikut SAGKI V
  • Bukan Berhala Menghormati Leluhur
  • Spiritualitas Kerja Berdasarkan Teladan Yusuf dan Maria
  • Utusan Keuskupan Atambua Siap Mengikuti SAGKI 2025 di Jakarta
  • Rasionalitas dan Imajinasi: Dua Sayap Normatif Akademik Menuju Kebenaran yang Terbang Tinggi
  • Kurban Roti Murni: Sang Gandum Kristus di Bawah Naungan Santa Filomena
  • Konser Trans Timor Barat, Frater Mahasiswa Filsafat Unwira Siap Gemuruh di Atambua
Facebook Instagram
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Login
Keuskupanatambua.orgKeuskupanatambua.org
Home»Katekese Pastoral»Belajar Berdoa Spontan dengan Hati yang Terarah kepada Allah
Katekese Pastoral

Belajar Berdoa Spontan dengan Hati yang Terarah kepada Allah

Komsos Keuskupan AtambuaBy Komsos Keuskupan AtambuaJune 10, 2025No Comments269 Views
Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Reddit Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Katekese – KeuskupanAtambua.org – Belajar Berdoa Spontan dengan Hati yang Terarah kepada Allah – oleh Rm. Yudel Neno, Pr

(Sebuah Katekese komunikatif tentang kerangka doa spontan berdasarkan pembacaan terhadap isi Katekismus Gereja Katolik (KGK) artikel 2626–2643)

Sebagai pembuka untuk tulisan ini, perlu kita tahu, apa kata Katekismus tentang doa. Untuk itu, akan disertakan kutipan rumusan Katekismus, seperti di bawah ini ;

Hakekat Doa dalam Iman Katolik

KGK 2559 “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik”. Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan (Bdk. Luk 18:9-14). Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis.

Itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja Katolik. Berdoa adalah getaran hati suara nurani yang menyapa Allah. Suatu permohonan dan syukur kepada Allah. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan.

Pengantar

Dalam hidup sehari-hari, umat Katolik sering diundang untuk memimpin doa spontan, entah dalam keluarga, kelompok doa, kegiatan OMK, atau saat pertemuan lingkungan ataupun momen lainnya.

Menghadapi situasi spontan, ketika diminta untuk berdoa; tidak jarang; banyak orang merasa gugup atau bingung atau bahkan menolak, karena tidak tahu harus mulai dari mana. Padahal, berdoa spontan bukanlah soal kepandaian berbicara, melainkan soal keterbukaan hati kepada Allah.

Doa spontan menjadi sarana untuk berbicara langsung kepada Allah secara pribadi dan tulus, namun tetap dalam terang iman Gereja. Oleh karena itu, Gereja melalui Katekismus memberikan panduan yang kaya dan mendalam.

Agar doa spontan tidak menjadi sekadar rangkaian kata-kata tanpa arah, umat diajak untuk mengikuti kerangka teologis doa spontan yang berpijak pada Katekismus Gereja Katolik artikel 2626–2643.

Uraian kateketis di bawah ini, mudah-mudajan dapat memperjelas maksud di atas.

Yang pertama : Pengarahan kepada Allah – Memulai dengan Kesadaran akan Siapa yang Kita Sapa

Doa spontan selalu dimulai dengan menyapa Allah. Kita datang kepada Allah yang adalah Bapa, melalui Yesus Kristus, dalam kuasa Roh Kudus (KGK 2626). Menyapa Allah dengan penuh hormat dan kasih menandakan bahwa kita masuk dalam hubungan pribadi dengan Dia. Dalam penyapaan ini, kita tidak hanya menyebut nama-Nya, tetapi juga mengarahkan hati dan pikiran sepenuhnya kepada-Nya.

Misalnya, seseorang bisa memulai doanya dengan: “Allah Bapa yang Mahakasih, kami datang ke hadirat-Mu dengan penuh syukur…” atau “Tuhan Yesus yang setia, kami berseru kepada-Mu karena Engkau selalu menyertai kami…”

Yang kedua : Pujian dan Penyembahan – Meninggikan Nama Allah karena Dia adalah Allah

Sesudah menyapa Allah, doa spontan dilanjutkan dengan pujian dan penyembahan. Pujian adalah bentuk doa yang paling murni karena tidak berfokus pada diri sendiri, melainkan hanya pada Allah dan kemuliaan-Nya (KGK 2639–2641). Umat diajak untuk memuliakan Allah karena siapa Dia, bukan semata karena apa yang telah Ia lakukan.

Ungkapan pujian dapat berupa kalimat seperti ini : “Kami memuji-Mu karena Engkaulah Allah yang Kudus, Setia, dan Penuh Belas Kasih.” atau “Terpujilah Engkau, ya Tuhan, sumber segala kehidupan dan keselamatan.”

Yang ketiga : Syukur – Mengakui Karunia-karunia Allah dalam Hidup Kita

Doa spontan yang sejati mengandung syukur yang tulus atas segala kebaikan Allah. KGK 2637–2638 mengajarkan bahwa setiap peristiwa, baik yang besar maupun kecil, layak disyukuri. Syukur menjadi ungkapan iman bahwa segala sesuatu datang dari tangan Allah yang penuh kasih.

Ungkapan syukur bisa dinyatakan demikian: “Terima kasih, ya Bapa, atas nafas hidup, atas keluarga kami, atas kesempatan berkumpul hari ini.” atau “Kami bersyukur atas rahmat pengampunan dan kekuatan yang Engkau curahkan dalam hidup kami.”

Yang keempat : Ujud – Membawa Niat dan Permohonan kepada Allah

Setelah memuji dan bersyukur, umat diundang untuk menyampaikan ujud atau intensi secara khusus. KGK 2629–2631 menyebut ini sebagai bentuk permohonan yang muncul dari kesadaran bahwa kita bergantung kepada Allah.

Ujud dapat berupa permintaan untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Contoh ujud: “Kami mohon berkat dan kesehatan bagi saudara kami yang sedang sakit.” atau“Kami menyerahkan semua anak muda agar tetap setia dalam iman kepada-Mu.”

Yang kelima : Permohonan – Percaya dan Bertekun dalam Doa

Selain ujud, doa spontan juga mencakup bentuk permohonan yang lebih mendalam. KGK 2632–2633 menegaskan bahwa permohonan adalah ekspresi iman dan kepercayaan bahwa Allah sungguh mendengarkan. Kita boleh memohon untuk hal-hal jasmani dan rohani, serta memohon dengan penuh harapan.

Misalnya: “Tuhan, bimbinglah langkah kami agar selalu berjalan di jalan-Mu.” atau “Berikanlah damai bagi dunia, dan singkirkanlah segala kebencian dan peperangan.”

Yang keenam : Penyerahan – Menyerahkan Diri kepada Kehendak Allah

Bagian penting dalam doa adalah sikap penyerahan. Sekalipun permohonan kita belum dijawab atau hasilnya berbeda dari harapan kita, KGK 2730–2732 mengajak kita untuk tetap percaya dan berserah. Penyerahan diri adalah bentuk kedewasaan rohani, di mana kita mengatakan, “Jadilah kehendak-Mu.”
Ungkapan penyerahan bisa berbunyi: “Tuhan, kami percaya bahwa Engkau tahu yang terbaik bagi kami.” atau “Dalam suka maupun duka, kami tetap ingin mengikuti-Mu dengan setia.”

Yang ketujuh : Penutup / Doksologi: Mengakhiri dengan Kemuliaan bagi Allah

Akhir dari doa spontan ditandai dengan doksologi, yakni pujian kemuliaan kepada Allah. KGK 2642–2643 menegaskan bahwa segala bentuk doa berpuncak dalam pemuliaan kepada Allah. Kita mengakhiri dengan mengarahkan kembali seluruh doa kepada kemuliaan Tritunggal Mahakudus. Maka nampak bahwa doksologi penutup doa berciri Trinitas, dengan penjelasan seperti di bawah ini sebagaimana termakhtub dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) artikel 54.

Doksologi Trinitaris yaitu doksologi yang lengkap dan berdimensi trinitaris yakni pujian kepada Allah Bapa, dengan pengantaraan Putera-Nya, dan dalam persatuan dengan Roh Kudus (konklusi trinitaris). Doksologi ini dipakai sebagai penutup Doa Pembuka (Collecta) dengan tiga alternatif formulasinya (bdk. PUMR 54):

a. Kalau doa diarahkan kepada Bapa: “Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa”.

b. Kalau doa diarahkan kepada Bapa, tetapi pada akhir doa disebut juga Putra: “Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami, yang bersama dengan Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa”.

c. Kalau doa diarahkan kepada Putra: Sebab Engkaulah Tuhan, pengantara kami, yang bersama dengan Bapa, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, kini dan sepanjang masa.

Penutup

Berdoa spontan tidaklah sulit jika hati kita terbuka dan terarah kepada Allah. Dengan mengikuti kerangka ini, setiap umat dapat berdoa secara bebas namun tetap dalam terang iman Gereja. Doa bukan soal kata-kata indah, tetapi soal kejujuran hati yang percaya, memuji, dan menyerahkan diri kepada Tuhan. Semoga melalui penghayatan doa spontan yang terstruktur dan mendalam, setiap umat semakin bertumbuh dalam relasi pribadi dengan Allah Tritunggal Mahakudus.

Kesalahan Logika yang Perlu Diperhatikan

Sering terjadi, pada bagian akhir doa spontan yang dibawakan; pembawa doa mengucapkan rumusan berbunyi seperti ini : Semua doa dan permohonan ini……….

Secara logis, penggunaan frasa “semua doa dan permohonan ini” dalam bagian akhir doa spontan mengandaikan bahwa ada bagian-bagian doa yang belum disebutkan secara eksplisit. Padahal, apabila doa tersebut telah disusun mengikuti struktur teologis yang sistematis (berdasarkan KGK 2626–2643), maka seluruh unsur doa sudah terungkap secara utuh dan lengkap. Dengan demikian, pernyataan seperti “semua doa dan permohonan ini” menjadi mubazir (redundan) karena mengulang tanpa menambah isi baru atau makna yang lebih dalam. Atau dalam versi teguran biblis Matius 6:7; dikatakan bahwa jangan bertele-tele dalam berdoa. Dalam hal ini pengulangan yang tidak perlu, merupakan suatu redaksi bertele-tele.

Share. Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Tumblr Email

BERITA TERKAIT

Gereja Akan Selalu Menyuarakan Kebenaran dan Kebenaran Tidak Akan Pernah Dipisahkan dari Kasih

May 23, 2025

Pelayanan Kesehatan Sebagai Partisipasi dalam Tugas Yesus Melayani

May 14, 2025

Misteri Minggu Palma dan Upaya Memahaminya

April 12, 2025

Butir-Butir Mutiara Natal: Refleksi Mendalam Paus Fransiskus dalam Admirabile Signum tentang Makna Gua Natal

December 24, 2024

Comments are closed.

BERITA TERBARU

MUSIK SEBAGAI KATHARSIS – PENGALAMAN ESTETIS DALAM KONSER Calpestando La Terra – Sostenendo il Cielo

November 11, 2025

Utusan Keuskupan Atambua Siap Ikut SAGKI V

November 3, 2025

Bukan Berhala Menghormati Leluhur

November 1, 2025

Spiritualitas Kerja Berdasarkan Teladan Yusuf dan Maria

November 1, 2025

Utusan Keuskupan Atambua Siap Mengikuti SAGKI 2025 di Jakarta

November 1, 2025

Rasionalitas dan Imajinasi: Dua Sayap Normatif Akademik Menuju Kebenaran yang Terbang Tinggi

October 27, 2025
KALENDER LITURGI

Tentang Kami
Tentang Kami

Keuskupanatambua.org merupakan website resmi Keuskupan Atambua yang menyajikan update informasi seputar Keuskupan Atambua dan paroki-paroki di wilayah keuskupan tersebut.

Alamat

Alamat:
Jl. Nela Raya No. 17, Lalian Tolu, Atambua 85702, Timor – Nusa Tenggara Timur.

Media Sosial
  • Facebook
  • Instagram
  • YouTube
  • TikTok
© 2025 Keuskupanatambua.org. Designed by Tim Keuskupan Atambua.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?