
keuskupanatambua.org___Bapak Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, pada Sabtu (21/10/2023) berkenan memimpin perayaan ekaristi kudus dan mentahbiskan Gereja Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen di bawah perlindungan Santo Yohanes Paulus II yang ditandai dengan penanaman reliqui Pemimpin Gereja Katolik sedunia ke-264 itu di altar gereja.
Sebelum penanaman reliqui Santo Yohanes Paulus II, Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku menjelaskan kepada umat tentang keberadaan santo Yohanes Paulus II dan reliquinya itu.
Menurut Mgr. Dominikus Saku, Santo Yohanes Paulus II merupakan orang kudus yang baru saja dikanonisasi beberapa tahun terakhir sehingga Vatikan belum mengizinkan untuk mengambil reliqui dari bagian tubuhnnya, tetapi kepada kita diberikan reliqui dari potongan pakaiannya.
Setelah menjelaskan tentang Santo pelindung gereja dan makna pentahbisan gereja, Bapak Uskup mentahbiskan Gereja Paroki Haliwen dengan mengurapi 12 tiang utama yang memaknai sifat gereja yang apostolik yang didirikan di atas iman para rasul.
Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen berdiri pada tahun 2007 dengan pastor parokinya Romo Herman Nurak Hane, Pr. Berdasarkan data statistik tahun 2022 jumlah umat paroki ini sebanyak 9.186 jiwa, yang terdiri dari 1.880 kepala keluarga (kk). Dari 1.880 kepala keluarga tersebut 90% adalah petani; 5 % pegawai (ASN) dan 5 % lagi adalah wiraswasta. Perlu juga diketahui bahwa umat Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen itu sebagian besar adalah masyarakat Timor-Timur yang mengungsi ke Indonesia pada tahun 1999 karena persoalan integrasi, namun saat ini mereka bergandengan tangan penuh semangat untuk membangun dan menyelesaikan gereja yang indah ini dengan baik.

Selanjutnya dalam laporannya, ketua panitia pembangunan gereja Bapak Drs. Yoseph Un menyampaikan perjuangan mereka selama 10 tahun hingga berdirinya rumah Tuhan semegah ini. Pada akhir laporannya, Yoseph Un sempat menitikkan air mata sukacita bercampur haru.
Dari laporan panitia tersebut, ada hal yang unik dan menarik yang dapat dipetik dari proses pembangunan gedung gereja yang didedikasikan untuk kemuliaan Tuhan dalam nama Santo Yohanes Paulus II ini.
Setidaknya ada 4 (empat) keunikan dari proses pembangunan gedung gereja ini yang berbeda dari proses pembangunan rumah ibadat baik dari agama-agama lain, maupun di antara penganut agama Katolik sendiri, yaitu:
Pertama, Memelihara komitmen untuk memberi dan terus memberi sekalipun dari kekurangan
Dalam hal ini umat paroki Haliwen sejak awal perencanaan, memulai hingga menyelesaikan pembangunan gereja mereka, mereka mulai dengan membuat komitmen bersama yang isinya adalah semua umat harus rela memberi sumbangan untuk pembangunan gereja tanpa merasa dipaksa.
Komitmen kami adalah memberi demi pembangunan rumah Tuhan dan terus memberi, sekalipun dari kekurangan, dengan moto pembangunan kami adalah “Korbanku untuk Gerejaku”.
Total dana pembangunan gereja paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen sebesar Rp 7.996.663.000.
Dari total dana tersebut, 93,15 % atau Rp 7.449.163.000 berasal dari swadaya umat sendiri.
Sedangkan sumbangan dari donatur hanya sebesar 6,85% atau Rp 547.500.000.
Untuk komitmen ini kita patut mengacungkan jempol. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan apa yang sedang diupayakan atau direncanakan dari panitia-panitia pembangunan rumah ibadat lainnya yang selalu mendahulukan donatur daripada kemampuan umat sendiri.
Panitia sejak awal bersama umat berkomitmen untuk tidak “meminta-minta” bantuan dari pemerintah yang pada akhirnya dapat menjadi batu sandungan bagi “umat Katolik yang ada di dalam pemerintahan” untuk melakukan korupsi yang mengatasnamakan gereja.
Kedua, Menggelorakan semangat gotong royong, kebersamaan, kemandirian dan kerelaan untuk berkorban.
Menurut pengakuan Pastor Paroki dan panitia pembangunan bahwa sejak awal semua umat bergotong royong, pekerjaan yang berat ataupun ringan, mereka kerjakan bersama-sama. Semua kelompok umat ikut terlibat. Mulai dari anak-anak sekolah, remaja, muda-mudi dan orang dewasa ikut bekerja bergotong royong mulai dari menggali fondasi gereja, melakukan okfol, dan semua pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian khusus dapat dikerjakan bersama itu dilakukan secara gotong royong.
Ada banyak cara untuk membangun kemandirian dan kerelaan berkorban dari umat sendiri, diantaranya motivasi terhadap umat bahwa rumah ibadat atau gereja ini adalah milik mereka sendiri, bukan pemberian dari siapa-siapa.
Cara kerja panitia bersama Pastor Paroki yang luar biasa hingga umat memberi tanpa menyadari bahwa mereka dipaksa untuk memberi. Karena itulah umat habis-habisan berjuang hingga menyelesaikan pembangunan rumah ibadat nan megah ini.
Ketiga, Memanfaatkan Lembaga Keuangan Mikro dalam hal ini Credit Union Kasih Sejahtera untuk saling mendukung dan membesarkan.
Satu hal menarik yang ditonjolkan oleh panitia pembangunan adalah memanfaatkan Credit Union Kasih Sejahtera sebagai lembaga keuangan mikro yang berasal dari, oleh dan untuk anggota.
Karena sebagian besar umat paroki ini adalah anggota Credit Union Kasih Sejahtera, maka pilihan satu-satunya adalah memanfaatkan lembaga untuk saling mendukung dan membesarkan.
Untuk membantu pembangunan gereja paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen ini, pihak Credit Union Kasih Sejahtera mengucurkan dana berupa kredit sebesar Rp 2.700.000.000 (dua miliar tujuh ratus juta rupiah). Dan sebagai kewajiban dari panitia pembangunan adalah mengangsur setiap bulan hingga tuntas.
Keempat, Usaha disertai dengan DOA yang tiada putus-putusnya
“Karena pembangunan yang kita lakukan adalah pembangunan rumah ibadat atau gereja, maka kita tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri dan uang”, demikian pengakuan ketua panitia pembangunan, bapak Yosef Un.
Usaha dan jeripayah manusia akan sia-sia bila tidak disertai dengan doa. Karena itu panitia pembangunan sudah sejak awal memulai dengan doa dan didoakan terus menerus tiada putus hingga selesai proses pembangunan dengan baik.
Doa yang tak kunjung putus dan perjuangan manusia yang tiada henti akan menjadi mujizat yang nyata dalam kehidupan. Dan itulah yang terjadi, proses pembangunan gereja ini berjalan sesuai dengan rencana Tuhan sendiri.
Sebab Ia telah berjanji akan menyertai umat-Nya yang selalu mengandalkan Dia dalam doa. Karena itu Ia juga akan menjadikan segala-galanya indah pada waktunya.
“Itulah keyakinan kami umat Paroki Santo Yohanes Pemandi Haliwen akan campur tangan Tuhan dalam pembangunan ini”, kata Ketua Panitia dalam laporannya.
Sementara itu Pastor Paroki, Rm. Herman Nurak Hane tanpa komentar namun dengan senyum membenarkan apa yang disampaikan oleh ketua panitia dan kesaksian sebagian besar tokoh umat yang ditemui peliput keuskupanatambu.org.
Menyaksikan keberhasilan umat dan panitia pembangunan rumah ibadat melalui gotong royong dan pemberdayaan umat dan kemandirian ini, Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku baik dalam kotbah maupun dalam kata sambutannya berpesan agar cara dan metode kerja pembangunan gereja seperti ini patut dicontohi oleh umat dari komunitas-komunitas lain supaya tidak selalu menadahkan tangan kepada orang atau pihak lain. “Sebab dengan melakukan pembangunan secara demikian, harga diri dan martabat umat Allah sebagai pemilik utama gereja ini dihargai dan ditinggikan”, demikian Bapak Uskup Atambua.
Hadir dalam upacara pentahbisan gereja ini, sejumlah besar imam, Bupati Belu; Wakil Bupati bersama ibu, para pejabat pemerintah lainnya, para donatur dalam hal ini CSR bank BRI, Bank NTT dan segenap Pengurus, Pengawas dan General Manager Credit Union Kasih Sejahtera Atambua.
Proficiat kepada Pastor Paroki Haliwen Rm. Herman Nurak Hane, Panitia Pembangunan, DPP/DKP, para pengurus lingkungan dan KUB, serta seluruh umat paroki Haliwen yang telah memiliki sebuah gereja yang baru.***
Peliput : Yosef M.L. Hello