Close Menu
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • Puluhan OMK Paroki Fatuoni Dilantik; OMK Diajak untuk Membangun Sikap Konsistensi
  • Sehari Sebelum Dilantik, OMK Fatuoni Ikut Animasi Pastoral dan Ekonomi Kreatif
  • Komisi-Komisi Keuskupan Atambua Gelar Rakor Pra-EVAPERCA
  • Kebijakan Timpang dan Tanggung Jawab Moralnya
  • Kandi Taku dan Irenius Terpilih Jadi Ketua Lingkungan dan Ketua OMK Kota Baru Paroki Katedral Atambua
  • Dari Malaka ke Vatikan: Pater Vian Nana, SDV, Ketua IRRIKA Napoli, Temui Paus Leo XIV di Jantung Gereja Katolik
  • Bicara di hadapan Ribuan OMK, Uskup Atambua Suarakan Tantangan dan Peluang bagi OMK
  • Hari Studi KAYD III, Panitia Hadirkan Narasumber Multiperspektif
Facebook Instagram
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Login
Keuskupanatambua.orgKeuskupanatambua.org
Home»Opini»Sebuah Catatan Politik untuk Para Aktor Politik
Opini

Sebuah Catatan Politik untuk Para Aktor Politik

Komsos Keuskupan AtambuaBy Komsos Keuskupan AtambuaMay 26, 2025No Comments95 Views
Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Reddit Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Opini – KeuskupanAtambua.org – Sebuah Catatan Politik untuk Para Aktor Politik – oleh Armyndo Tlali – Sekretaris OMK Paroki Santa Filomena Mena 

Prolog

Politik kontemporer kerap dipahami sebagai suatu permainan yang sarat strategi, negosiasi, aliansi, dan manipulasi. Permainan tersebut tidak lagi sekadar berakar pada ideologi atau kebijakan, melainkan bergerak dalam pusaran perebutan kekuasaan yang melibatkan partai politik, para pemimpin, serta kelompok masyarakat yang berkepentingan.

Dalam dinamika tersebut, para aktor politik dituntut memahami aturan—baik yang bersifat formal maupun non-formal—serta mampu memanfaatkan segala sumber daya untuk mencapai dominasi. Setiap aktor harus siap menghadapi tantangan, risiko, dan kompetisi yang muncul dari sesama pemain politik.

Beberapa unsur memperlihatkan kemiripan politik dengan sebuah permainan. Pertama, strategi dan taktik menjadi kunci dalam menentukan arah pergerakan politik. Pemimpin politik dituntut membuat perencanaan matang, mengambil keputusan cepat, dan beradaptasi dengan perubahan situasi. Kedua, aliansi dan koalisi menjadi kebutuhan strategis dalam mengamankan dukungan. Kerja sama antar partai politik merupakan jalan penting menuju kemenangan bersama. Ketiga, manipulasi dan negosiasi digunakan untuk mengatur opini publik, mempengaruhi arah isu, serta meraih kesepakatan kompromis. Keempat, setiap keputusan politik memuat risiko tinggi yang dapat membawa dampak besar, baik positif maupun negatif.

Namun, tidak seperti permainan yang hanya berdampak pada hiburan, politik memiliki konsekuensi nyata terhadap kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, setiap langkah politik seharusnya berada dalam kerangka norma, etika, hukum, dan prinsip-prinsip dasar yang menjaga marwah demokrasi dan keadaban publik.

Aktor Politik dan Hilangnya Moralitas

Ketika regulasi politik diabaikan, maka lahirlah politisi yang kehilangan orientasi moral. Fenomena meningkatnya politisi yang terjerat kasus korupsi menunjukkan adanya krisis etika dalam tubuh kekuasaan. Banyak nama pejabat kini tercatat bukan sebagai pelayan publik, tetapi sebagai pelaku tindak pidana korupsi. Praktik korupsi telah merusak wajah demokrasi dan menciptakan jurang ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi negara.

Selain korupsi, maraknya janji-janji palsu menjelang pemilihan juga memperparah kondisi. Para politisi berlomba menyampaikan janji manis yang dibungkus retorika meyakinkan, namun minim realisasi. Contoh nyata seperti pengabaian terhadap komitmen menjaga kestabilan harga BBM bersubsidi menggambarkan lemahnya akuntabilitas politisi terhadap janji yang pernah disampaikan.

Meningkatnya Golongan Putih (Golput)

Akumulasi perilaku tidak etis dari para politisi mendorong lahirnya fenomena antipati publik. Ketidakpercayaan terhadap politisi berdampak pada meningkatnya jumlah pemilih yang memilih untuk golput. Golput bukan hanya bentuk protes, tetapi juga menjadi ancaman bagi keberlangsungan demokrasi. Ketika proses demokrasi kehilangan partisipasi rakyat, maka kekuasaan cenderung jatuh ke tangan segelintir elite yang berpotensi menyalahgunakannya.

Dalam keadaan tersebut, politisi menjadi semakin leluasa menyusun kebijakan yang hanya menguntungkan kelompok tertentu. Lembaga-lembaga negara terancam berubah menjadi instrumen kekuasaan semata, bukan pelayan masyarakat. Dampaknya dapat terlihat dalam meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran, diskriminasi, hingga konflik sosial yang meresahkan tatanan kehidupan berbangsa.

Tanggung Jawab Rakyat dalam Demokrasi

Situasi politik yang korup dan manipulatif tidak dapat dibiarkan terus berlangsung. Dalam sistem demokrasi yang sejati, rakyat memiliki tanggung jawab konstitusional untuk memperbaiki keadaan. Kekuatan rakyat terletak pada kemampuannya memilih pemimpin yang memiliki integritas, visi kebangsaan, dan moralitas tinggi. Namun, tugas ini tidak ringan, mengingat rasa percaya masyarakat terhadap sistem dan aktor politik telah terkikis.

Pemulihan kepercayaan publik menuntut teladan nyata dari para politisi. Keteladanan tersebut mencakup integritas dalam bertindak, kejujuran dalam menyampaikan visi, serta kesetiaan pada hukum dan konstitusi. Untuk mewujudkannya, masyarakat sipil harus turut berperan aktif dalam menciptakan iklim politik yang sehat.

Urgensi Sanksi Politik

Salah satu instrumen penting dalam memperbaiki kualitas politik adalah pemberian sanksi politik. Sanksi politik merupakan bentuk hukuman sosial yang diberikan oleh rakyat kepada politisi yang tidak berpihak kepada rakyat, terlibat dalam korupsi, dan abai terhadap penegakan hukum. Bentuk sanksi tersebut dilakukan melalui sikap tidak memilih kembali politisi yang gagal menjalankan amanah.

Penerapan sanksi politik membutuhkan dukungan kolektif dari masyarakat sipil. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media massa, organisasi masyarakat, akademisi, dan tokoh agama perlu berperan dalam menyadarkan rakyat. Edukasi politik harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan melalui publikasi, diskusi, penelitian, dan khotbah keagamaan yang menyinggung tanggung jawab moral dalam memilih pemimpin.

Epilog

Kekuatan sistem politik sangat menentukan arah pembangunan suatu negara. Ketika sistem berjalan secara bersih, transparan, dan akuntabel, maka hanya politisi bermoral yang akan mampu menembus seleksi alam demokrasi. Sebaliknya, sistem yang lemah membuka ruang bagi manipulasi dan politik transaksional.

Ketika pemilihan pejabat negara didominasi oleh transaksi politik, maka keputusan publik kerap kali lahir tanpa berpihak pada rakyat. Keadilan sulit ditemukan, hukum bisa dibeli, dan kekuasaan menjelma menjadi leviathan yang rakus. Dalam kerangka inilah pernyataan Lord Acton, “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely,” menemukan relevansinya.

Namun, keyakinan tetap perlu dijaga bahwa bangsa Indonesia memiliki kapasitas untuk keluar dari krisis kepercayaan terhadap politik. Diperlukan pejabat negara yang sadar bahwa kekuasaan adalah amanah, bukan privilese untuk memperkaya diri dan kelompok. Ketika kekuasaan diletakkan dalam porsinya—sebagai instrumen untuk mencapai kesejahteraan bersama—maka harapan akan lahirnya masyarakat adil dan makmur bukanlah utopia belaka.

Semoga Indonesia senantiasa dipimpin oleh para penyelenggara negara yang jujur, adil, dan berintegritas.

Penulis : Armyndo Tlali, Editor : Yudel Neno, Pr

Share. Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Tumblr Email

BERITA TERKAIT

July 4, 2025

Rukun Bersama Saudara: Jalan Menuju Berkat dan Martabat dalam Dialog Antaragama

July 2, 2025

Partisipasi Umat Katolik dalam Kegiatan Gerejawi dan Berbagai Tingkatannya-

May 27, 2025

Antropologi Pendidikan dan Relevansi Pendidikan Karakter: Refleksi atas Kegiatan Siswa Seminari Lalian di Kefamenanu

May 24, 2025

Misa Inaugurasi Paus Leo XIV : Awal Masa Kepausan Baru

May 15, 2025

Leo XIII, Fransiskus dan Leo XIV antara Kontinuitas dan Diskontinuitas

May 9, 2025

Comments are closed.

BERITA TERBARU

Puluhan OMK Paroki Fatuoni Dilantik; OMK Diajak untuk Membangun Sikap Konsistensi

October 11, 2025

Sehari Sebelum Dilantik, OMK Fatuoni Ikut Animasi Pastoral dan Ekonomi Kreatif

October 10, 2025

Komisi-Komisi Keuskupan Atambua Gelar Rakor Pra-EVAPERCA

October 8, 2025

Kebijakan Timpang dan Tanggung Jawab Moralnya

October 3, 2025

Kandi Taku dan Irenius Terpilih Jadi Ketua Lingkungan dan Ketua OMK Kota Baru Paroki Katedral Atambua

October 1, 2025

Dari Malaka ke Vatikan: Pater Vian Nana, SDV, Ketua IRRIKA Napoli, Temui Paus Leo XIV di Jantung Gereja Katolik

September 23, 2025
KALENDER LITURGI

Tentang Kami
Tentang Kami

Keuskupanatambua.org merupakan website resmi Keuskupan Atambua yang menyajikan update informasi seputar Keuskupan Atambua dan paroki-paroki di wilayah keuskupan tersebut.

Alamat

Alamat:
Jl. Nela Raya No. 17, Lalian Tolu, Atambua 85702, Timor – Nusa Tenggara Timur.

Media Sosial
  • Facebook
  • Instagram
  • YouTube
  • TikTok
© 2025 Keuskupanatambua.org. Designed by Tim Keuskupan Atambua.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?