Atambua, KeuskupanAtambua.org – Rapat Koordinasi lintas Komisi Keuskupan Atambua yang berlangsung di Aula Pusat Pastoral Keuskupan Atambua pada Selasa, 25 Februari 2025, menegaskan pentingnya kerja bermitra dalam pelayanan pastoral. Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr, dalam arahannya menekankan perlunya kesadaran kritis dalam menjalankan tugas Gereja, terutama dalam menjawab tantangan zaman dan memperkuat sinergi antar komisi.
Rapat ini dihadiri oleh para Ketua dan Sekretaris Komisi Keuskupan. Vikjen Keuskupan Atambua, Pater Vincent Wun, SVD, dalam pembukaannya menyoroti pentingnya keselarasan antara program pastoral yang diinisiasi oleh komisi maupun paroki. Ia mengungkapkan bahwa dari 404 kegiatan yang tercantum dalam kalenderium Keuskupan, 82 kegiatan berfokus pada visi pencerdasan dan 90 kegiatan pada visi kesejahteraan.
Dalam penegasan liturgis dan identitas imam, Uskup Atambua menegaskan bahwa para Pastor diwajibkan mengenakan kolar dalam setiap pertemuan resmi di tingkat Keuskupan, Dekenat, Paroki, Komisi, maupun dalam interaksi dengan pemerintah. Hal ini bertujuan untuk mempertegas identitas imamat dalam kehidupan menggereja dan sosial.
Terkait refleksi pastoral, Uskup menyoroti pentingnya kesadaran spacial dan temporal yang harus berpadu dalam kesadaran kritis pastoral. Ia mengajukan pertanyaan mendasar: Apakah kita kaya atau miskin secara gerejawi? Jawaban yang jelas belum ditemukan, sehingga dibutuhkan pengayaan dalam sikap pastoral. Uskup juga mengangkat isu stagnasi pastoral yang menjadi tantangan utama di Keuskupan. Stagnasi ini terjadi akibat kemacetan mesin pastoral, terutama dalam implementasi visi-misi. Ia menegaskan bahwa motto imamat sering kali tidak diterjemahkan dalam aksi nyata.
Selain itu, pola pastoral yang disebut sebagai “ujung tumpul” menjadi perhatian serius, di mana kelemahan struktur organisasi di tingkat akar rumput menyebabkan aksi pastoral kehilangan spiritualitasnya. Kurangnya kesadaran di antara umat dan pelayan pastoral menjadikan perubahan terasa sulit.
Uskup juga menegaskan bahwa Keuskupan Atambua harus bergerak menuju pastoral yang lebih produktif dan inovatif. Ia menyoroti kegagalan dalam mentransmisikan etos kerja inovatif, kreatif, dan produktif yang dahulu dikembangkan oleh para misionaris Eropa. Oleh karena itu, diperlukan strategi baru untuk mempertajam karya pastoral dengan mengembangkan pendekatan kritis, kreatif, dan inovatif.
Dalam rangka perayaan Tahun Yubileum 2025, Uskup menekankan bahwa momen ini harus menjadi ajang pembaruan semangat kerja dan tahun suci pelayanan. Ia mengajak seluruh imam dan umat untuk mengambil teladan dari Bapa Suci yang tetap setia dalam tugasnya meskipun menghadapi kondisi kesehatan yang kritis. Kesadaran rohani harus semakin diperdalam agar dalam kefanaan hidup, Gereja tetap berpegang teguh pada penyertaan Allah. Menghindari minuman keras dan meningkatkan kualitas hidup rohani menjadi langkah konkret dalam menumbuhkan kesempurnaan hidup Kristiani.
Arahan Uskup Atambua menegaskan bahwa pastoral Keuskupan Atambua perlu direfleksikan lebih mendalam dan diperbarui dengan semangat kerja yang lebih bertanggung jawab, inovatif, serta berorientasi pada hasil nyata. Tahun Yubileum 2025 menjadi momentum untuk tobat pastoral dan pembaruan pelayanan, demi mewujudkan Gereja yang lebih hidup dan bermisi.
Di sela-sela arahan Uskup, para Ketua dan Sekretaris Komisi juga menyampaikan catatan pastoral serta komitmen mereka dalam menjalankan program yang melibatkan berbagai komisi. Rapat berlangsung sehari penuh dengan agenda yang padat, mencakup berbagai arahan, diskusi, serta tanggapan dari para peserta.
Laporan: Yudel Neno