
KeuskupanAtambua.org – Di ujung barat Kabupaten Belu, tepatnya di Halilulik, berdiri teguh sebuah rumah sakit yang tidak hanya menjadi tempat penyembuhan secara fisik, tetapi juga ruang pelayanan jiwa. Rumah Sakit Marianum Halilulik, namanya.
Dengan motto “Kesehatan Anda adalah Kepedulian Kami”, Rumah Sakit ini menapaki layanannya dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang sarat kasih dan harapan.
Dipimpin oleh Sr. dr. Maria Andriani Neno, SSpS, seorang dokter sekaligus biarawati penuh dedikasi, Rumah Sakit Marianum menjadi bukti bahwa pelayanan kesehatan bukan sekadar soal medis, tetapi juga soal hati.
Dengan total 120 pegawai—terdiri dari 7 dokter spesialis, 5 dokter umum, 54 perawat dan bidan, serta 54 tenaga penunjang medis lainnya—rumah sakit ini hadir sebagai pelayan bagi masyarakat Belu, TTU, Malaka, dan bahkan negara tetangga, Timor Leste.
Sr. Neno menjelaskan bahwa pelayanan Rumah Sakit Marianum tidak hanya berfokus pada kesembuhan fisik, tetapi juga mencakup Pastoral Care, yakni pelayanan rohani yang menjadi ciri khas dari rumah sakit Katolik ini.
Setiap hari, pasien diberi kesempatan menerima komuni suci, memperoleh sakramen orang sakit, hingga pendampingan dalam sakrat maut. “Kami percaya bahwa kesembuhan sejati datang dari Tuhan, dan kami sekadar menjadi perpanjangan tangan kasih-Nya,” ujar Sr. Neno dengan nada tenang.
Layanan medis di RS Marianum mencakup poli penyakit dalam, bedah, kandungan, anak, gigi, mata, fisioterapi, dan poli umum, disertai layanan IGD dan bedah centra 24 jam. Ada pula ambulans, laboratorium, radiologi, USG, foto roentgen, serta alat rekam jantung (EKG)—semuanya beroperasi penuh waktu.
Rumah sakit ini juga menyediakan pelayanan kesehatan gratis untuk operasi katarak, bibir sumbing, serta perawatan bagi pasien lepra/kusta.
Yang patut diapresiasi, RS Marianum saat ini menjadi pusat pelayanan HIV/AIDS dan pemberi Anti Virus HIV serta obat Tuberkulosis (TBC) secara gratis. Dengan menggandeng mitra seperti PKU Muhammadiyah dan USAID, rumah sakit ini aktif dalam program eliminasi TBC tahun 2030. “Namun, angka kesakitan akibat TBC belakangan ini meningkat. Ini jadi tantangan besar kami,” tutur Sr. Neno.
Tak hanya itu, Rumah Sakit Marianum turut mengimbau masyarakat, terutama umat Katolik, untuk aktif menggunakan BPJS demi keberlanjutan layanan kesehatan. Sr. Neno menekankan bahwa kesadaran kolektif sangat dibutuhkan untuk mendukung pelayanan kesehatan universal yang bermartabat.
Berdiri sejak 1959 sebagai Klinik Maria Virgo, Rumah Sakit Marianum resmi berstatus rumah sakit pada tahun 2004, setelah sebelumnya berpindah dari lokasi asalnya di Besikama.
Kini, dengan status akreditasi UTAMA, Rumah Sakit Marianum terus bertumbuh dalam semangat falsafah pelayanan: Medikasi, Orasi, Relasi, dan Mortality. “Kami melayani hingga tuntas—bahkan hingga pintu akhir kehidupan manusia,” jelas Sr. Neno.
Pastoral Care, menurut Sr. Neno, mengajak setiap tenaga kesehatan di Rumah Sakit Marianum untuk menjadi pelayan yang penuh perhatian, tanggap, dan hadir secara utuh bagi sesama, baik pasien maupun rekan kerja. Inilah wajah dari pelayanan yang manusiawi dan bermakna, yang membuat RS Marianum Halilulik bukan sekadar tempat sembuh, melainkan juga tempat bertumbuh dalam iman dan harapan.
oleh Rm. Yudel Neno, Pr