Atambua, KeuskupanAtambua.org – Para Imam Projo Keuskupan Atambua bersama para Frater Tahun Orientasi Pastoral (TOP) pertama dan kedua melaksanakan Pertemuan Persaudaraan di Emaus Pastoral Center (EPC) Nenuk. Acara ini berlangsung, sesuai rancangan Pengurus Unio Keuskupan; selama dua hari (27-28 Januari 2025), berlangsung di Aula Dominikus dan dipenuhi suasana kehangatan serta kebersamaan.
Pertemuan ini diinisiasi oleh Pengurus Unio Keuskupan Atambua, dengan Rm. Rosindus Tae, Pr, sebagai Ketua Unio dan Rm. Gusty Nesi, Pr, sebagai Sekretaris. Tujuannya adalah untuk mempererat solidaritas, membangun sinodalitas, serta memberikan wawasan tentang tanggung jawab sebagai Imam Projo.
Berbagai agenda penting mengisi kegiatan ini. Sesi informasi terkait dinamika pelayanan Imam Projo dipandu oleh Rm. Lucius Tae Mau, Pr, sementara diskusi persaudaraan yang berlangsung hangat dipimpin oleh Rm. Yustus Ati Bere, Pr.
Dalam pengantar diskusinya, Rm. Yustus Ati Bere menegaskan pentingnya corectio fraterna sebagai ruang untuk saling mendengar dan membangun kesadaran kolektif demi kebaikan bersama.
Dalam diskusi penuh persaudaraan, berbagai refleksi mendalam disampaikan oleh para Imam.
Rm. Theo Asa Siri, Pr, menekankan bahwa persaudaraan sejati dimulai dari sikap mendengar dan menghormati, terutama kepada para Pastor Paroki sebagai Pemimpin. Ia menegaskan bahwa saling mendengar adalah kunci keberhasilan dalam membangun relasi.
Menanggapi hal tersebut, Rm. Yonas Nahak, Pr, menambahkan bahwa kolegialitas dengan Uskup merupakan inti dari orientasi pastoral Imam Projo. Ia juga menyoroti pentingnya manajemen kerja yang bertanggung jawab, terutama dalam menghadapi tantangan kemandirian finansial pasca-kontribusi misi.
Sementara itu, Rm. Dicky Letto, Pr, menyatakan bahwa Unio bukan sekadar forum untuk membahas masalah, tetapi juga ruang untuk membangun hati nurani dan pendekatan yang lebih bersaudara. Hal ini sejalan dengan pandangan Rm. Okto Neno, Pr, yang menekankan pentingnya kolektivitas dalam tanggung jawab, di mana prestasi pribadi harus tetap didukung semangat komunal.
Isu keharmonisan turut diangkat oleh Rm. Moses Olin, Pr, yang mengingatkan agar para Imam menghindari gosip yang dapat merusak persatuan. Sebaliknya, Ia mengajak untuk saling mendukung dan berbagi sukacita.
Dalam nada serupa, Rm. Edo Oeleu, Pr, menggarisbawahi pentingnya keterbukaan dan penghargaan terhadap senioritas untuk mengatasi rasa cemburu yang kerap muncul akibat kurangnya pengenalan antarpribadi.
Berpijak pada nilai-nilai sinodalitas, Rm. Lando Afoan, Pr, mengajak seluruh peserta pertemuan untuk menghadapi persoalan secara kolektif dengan semangat keterbukaan dan kebersamaan. Sedangkan
Rm. Servas Naben, Pr, menyoroti pentingnya kepercayaan dan manajemen keuangan yang baik sebagai dasar keberlanjutan pelayanan.
Tak kalah penting, Rm. Sel Nesi, Pr, mengingatkan bahwa kesehatan adalah investasi utama bagi para Imam. Ia mendorong kebiasaan “check up” rutin untuk menjaga stamina pelayanan.
Sementara itu berkaitan dengan ekspresi dan eksplore minat dan bakat, Rm. Agus Berek, Pr, mengusulkan pemanfaatan energi positif para Imam Muda melalui kegiatan kreatif seperti menulis dan berbagi ide.
Pada sisi lain, Rm. Min Seran, Pr, menegaskan bahwa solidaritas harus dijaga dengan menjauhi hoaks dan gosip. Sikap kritis dan budaya nilai harus dikedepankan untuk menjaga kesucian kebersamaan.
Dalam hubungannya dengan ketaatan, Rm. Eman Hane, Pr, juga menambahkan bahwa kepatuhan kepada Uskup harus dilakukan dengan hati dan akal budi, termasuk kesiapan untuk berpindah tempat pelayanan.
Sebagai penutup, Rm. Sintus Nesi, Pr, mencatat bahwa hidup bersama para Senior memberikan banyak pelajaran berharga. Hubungan yang tulus antara senior dan junior dapat memperkaya solidaritas dan relasi dalam pelayanan.
Mengakhiri diskusi persaudaraan, sebagai Ketua Unio, Rm. Sindus Tae, Pr, menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai sisi kehidupan pastoral. Ia mengingatkan bahwa persaudaraan adalah wadah untuk saling mengingatkan kekurangan masing-masing. Dalam hal finansial, kebijaksanaan diperlukan agar materi tidak merusak spiritualitas.
Pertemuan ini menjadi momen refleksi yang mendalam dan inspiratif. Solidaritas, sinodalitas, dan kolegialitas yang dibangun bersama diharapkan menjadi fondasi kokoh bagi pelayanan para Imam Projo Keuskupan Atambua. Unio, lebih dari sekadar forum, adalah keluarga yang saling menopang dalam kasih dan pelayanan.
Laporan : Yudel Neno