Close Menu
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • Puluhan OMK Paroki Fatuoni Dilantik; OMK Diajak untuk Membangun Sikap Konsistensi
  • Sehari Sebelum Dilantik, OMK Fatuoni Ikut Animasi Pastoral dan Ekonomi Kreatif
  • Komisi-Komisi Keuskupan Atambua Gelar Rakor Pra-EVAPERCA
  • Kebijakan Timpang dan Tanggung Jawab Moralnya
  • Kandi Taku dan Irenius Terpilih Jadi Ketua Lingkungan dan Ketua OMK Kota Baru Paroki Katedral Atambua
  • Dari Malaka ke Vatikan: Pater Vian Nana, SDV, Ketua IRRIKA Napoli, Temui Paus Leo XIV di Jantung Gereja Katolik
  • Bicara di hadapan Ribuan OMK, Uskup Atambua Suarakan Tantangan dan Peluang bagi OMK
  • Hari Studi KAYD III, Panitia Hadirkan Narasumber Multiperspektif
Facebook Instagram
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Login
Keuskupanatambua.orgKeuskupanatambua.org
Home»Opini»Antropologi Pendidikan dan Relevansi Pendidikan Karakter: Refleksi atas Kegiatan Siswa Seminari Lalian di Kefamenanu
Opini

Antropologi Pendidikan dan Relevansi Pendidikan Karakter: Refleksi atas Kegiatan Siswa Seminari Lalian di Kefamenanu

Komsos Keuskupan AtambuaBy Komsos Keuskupan AtambuaMay 24, 2025No Comments468 Views
Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Reddit Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Opini – KeuskupanAtambua.org – Antropologi Pendidikan dan Relevansi Pendidikan Karakter: Refleksi atas Kegiatan Siswa Seminari Lalian di Kefamenanu – Penulis: Asc. Prof. Gregor Neonbasu, SVD, PhD – Sumbangan pemikiran dalam kegiatan Malam Kreasi yang digelar oleh para Siswa Seminari Lalian di Panggung Paroki Santa Theresia Kefamenanu, Sabtu, 24 Mei 2025, pukul 18.00 WITA, dalam rangka menyongsong Pesta 75 Tahun Seminari Lalian yang akan terlaksana pada September 2025 mendatang.

Catatan Pendahuluan

Kegiatan para siswa Seminari Lalian yang akan tampil di panggung Paroki Santa Theresia Kefamenanu, hari ini, Sabtu, 24 mei 2025 merupakan sumbangan berharga dan bernilai dalam kerangka pendidikan karakter. Inisiatif ini tidak hanya menjadi bagian dari dinamika internal lembaga pendidikan Seminari Lalian, tetapi sekaligus menjadi kontribusi yang bernas bagi arah pembinaan generasi muda Gereja lokal Keuskupan Atambua dan Gereja universal secara lebih luas.

Di tengah kecemasan akan kerapuhan moral generasi muda, kegiatan seperti ini tampil sebagai ruang afirmatif terhadap proses formasi integral kaum muda dalam Gereja.

Lebih dari sekadar ekspresi seni dan budaya, kegiatan tersebut menyampaikan pesan mendalam mengenai pentingnya pendekatan antropologis dalam pendidikan. Pendidikan karakter bukanlah konsep abstrak, tetapi merupakan narasi yang mengakar dalam pengalaman hidup, relasi sosial, dan nilai-nilai budaya yang dihayati.

Para siswa Lalian akan tampil, dan bukan hanya sebagai peserta pentas, tetapi sebagai subjek pembentuk nilai yang berdialog dengan masyarakat. Dalam konteks seperti inilah pendidikan karakter memperoleh relevansinya—yakni sebagai pendidikan yang memberi ruang bagi peserta didik untuk tumbuh secara utuh, berkarakter, dan bertanggung jawab terhadap dirinya maupun masyarakat.

Pendidikan Karakter Sebagai Fenomena Sosial Global

Pendidikan karakter kini hadir sebagai respons atas krisis moral dan sosial yang melanda berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia. Fenomena ini tidak lagi bersifat lokal, melainkan telah menjadi perhatian global, karena menyangkut persoalan dasar mengenai martabat manusia, kualitas relasi, dan tanggung jawab sosial. Dalam dunia pendidikan, karakter menjadi parameter yang tak kalah penting dibandingkan dengan prestasi akademik.

Pentingnya pendidikan karakter terletak pada kemampuannya menghargai harga diri peserta didik secara mendalam. Dalam konteks Seminari Lalian, anak-anak muda yang sedang ditempa menjadi calon imam dibentuk bukan hanya secara intelektual, tetapi juga secara etis dan spiritual. Mereka dilatih untuk memiliki integritas, tanggung jawab, dan kesadaran sosial. Hal ini terlihat dalam berbagai bentuk pentas yang mereka hadirkan—bukan sekadar untuk hiburan, tetapi sebagai refleksi dari nilai-nilai luhur yang hendak dibagikan.

Pendidikan Makna dan Penemuan Nilai

Pendidikan karakter selalu bertolak dari pengakuan terhadap pentingnya makna dalam hidup manusia. Pesemaian nilai bukanlah sekadar pengajaran norma, melainkan proses penemuan makna yang kontekstual dan relasional. Dalam kegiatan pentas para siswa Lalian, makna ditemukan melalui keterlibatan aktif dalam realitas masyarakat, melalui laku seni, dan perjumpaan antarpribadi yang penuh empati.

Nilai-nilai dasar seperti hormat, tanggung jawab, solidaritas, dan kesederhanaan bukan diajarkan dalam ruang kelas yang kaku, tetapi dihidupi dalam tindakan konkret. Oleh karena itu, setiap pentas menjadi sarana belajar untuk membaca realitas, menafsir nilai, dan mewujudkan makna secara nyata. Pendidikan seperti ini menyentuh kedalaman manusia, karena bersifat eksistensial dan dialogis.

Penciptaan Lingkungan Kondusif dalam Lembaga Pendidikan

Keberhasilan pendidikan karakter sangat ditentukan oleh lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya kepribadian peserta didik. Suasana yang ramah, adil, dan saling menghargai menjadi prasyarat utama agar nilai-nilai dapat dihayati dan ditransformasikan menjadi kebiasaan hidup. Dalam lembaga seperti Seminari Lalian, setiap individu—baik peserta didik maupun pembina—perlu dilibatkan secara aktif dalam membangun ekosistem pendidikan yang berdaya bentuk.

Penghargaan terhadap perbedaan, dialog antaranggota komunitas, dan pembinaan yang tidak memaksa namun memampukan, menjadi indikator utama lingkungan kondusif. Hal tersebut akan membangun rasa aman dan terbuka pada diri anak-anak Lalian sehingga mereka dengan percaya diri dapat menyampaikan gagasan, mengembangkan bakat, dan membentuk jati diri. Maka, proses pendidikan karakter menjadi alami dan menyeluruh.

Pentas dan Jati Diri Sosial Calon Imam

Ketika anak-anak Lalian tampil di depan publik, mereka sebenarnya sedang membentuk dan menyampaikan jati diri sosial mereka. Tindakan berkreasi di depan masyarakat bukan hanya sebagai bentuk ekspresi seni, tetapi juga sebagai latihan tanggung jawab dan keberanian tampil sebagai representasi nilai-nilai yang mereka hayati dalam komunitas seminari.

Dengan tampil di luar lingkungan internal, wawasan mereka diperluas dan dimampukan untuk mengenali konteks masyarakat yang lebih luas. Mereka belajar membaca kebutuhan, mengolah pesan, dan beradaptasi dengan publik yang beragam. Aktivitas seperti ini memperkaya kepribadian mereka, menjadikan mereka calon pemimpin rohani yang tidak terisolasi, tetapi mampu hadir dalam realitas umat.

Strategi Desain Program Pendidikan Karakter

Efektivitas pendidikan karakter menuntut perencanaan program yang jelas, kontekstual, dan partisipatif. Desain program yang baik harus realistis, fleksibel, dan mampu merespons dinamika sosial di sekitar. Anak-anak Lalian butuh lebih dari sekadar jadwal kegiatan; mereka memerlukan ruang-ruang kreatif yang memungkinkan mereka menemukan dan menghidupi nilai secara nyata.

Strategi ini menyangkut juga keterbukaan untuk mengevaluasi metode yang digunakan selama ini. Pendidikan tidak boleh berhenti pada pengulangan rutinitas, tetapi harus terus berinovasi dan mendekatkan diri pada dunia anak-anak. Di sinilah peran kreativitas pentas sebagai medium strategis pendidikan karakter yang efektif, karena langsung menyentuh dimensi emosional dan sosial peserta didik.

Integrasi Makna dan Nilai Lokal

Kegiatan anak-anak Lalian di tengah masyarakat Kefa membuka ruang baru bagi integrasi nilai-nilai lokal ke dalam kurikulum formasi. Kehadiran mereka di tengah masyarakat bukan hanya untuk tampil, melainkan untuk belajar dari kehidupan masyarakat yang kaya akan makna, simbol, dan narasi budaya. Inilah yang disebut dengan pendekatan emik dalam antropologi pendidikan.

Proses ini memberi peluang bagi anak-anak seminari untuk mengenali akar budaya masyarakatnya, menghormati kearifan lokal, dan mengolahnya sebagai bahan refleksi teologis dan moral. Maka, formasi mereka tidak berjarak dari kenyataan umat, melainkan sangat akrab dan relevan. Dengan demikian, calon imam tidak menjadi pribadi asing, tetapi gembala yang mengerti dan mencintai dombanya.

Keterlibatan Komunitas dalam Proses Pendidikan

Pendidikan karakter yang berdaya guna memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif. Masyarakat bukan hanya sebagai penerima hasil pendidikan, tetapi juga sebagai sumber nilai dan mitra pembinaan. Dalam hal ini, komunitas sekitar, tokoh adat, dan orangtua memiliki peran strategis dalam membentuk suasana yang menunjang pendidikan karakter.

Anak-anak Lalian perlu didorong untuk menjalin relasi dengan tokoh masyarakat, belajar dari mereka, dan menyerap nilai-nilai hidup yang otentik dari keseharian masyarakat. Sinergi ini menjadikan pendidikan karakter sebagai gerakan kolektif yang bermuara pada pembentukan pribadi-pribadi unggul yang menyatu dengan komunitasnya.

Gereja dan Kolaborasi Kurikulum Nilai

Gereja, sebagai pelayan sabda dan pembina umat, perlu mengambil bagian lebih aktif dalam penyusunan kurikulum pendidikan karakter. Kerja sama antara lembaga pendidikan, Gereja lokal, pemerintah, dan masyarakat adat menjadi mutlak. Proses ini akan melahirkan kurikulum yang tidak saja akademis, tetapi juga moral dan sosial.

Yesus Kristus sendiri dalam karya pewartaan-Nya adalah pendidik karakter sejati. Maka, Gereja dipanggil untuk meneladani pola tersebut dengan terus menyokong lembaga-lembaga pendidikan karakter seperti Seminari Lalian. Langkah strategisnya adalah menjadikan nilai-nilai lokal sebagai bahan ajar, bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk dihayati dan dijadikan gaya hidup.

Catatan Simpulan

Kegiatan malam kreasi para siswa Seminari Lalian di Kefamenanu merupakan wujud nyata dari pendidikan karakter berbasis antropologi. Pendidikan seperti ini tidak hanya membentuk pribadi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral dan sosial. Dalam terang refleksi ini, Seminari Lalian telah menunjukkan bahwa pendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan budaya tempat peserta didik berada.

Maka, untuk menyongsong masa depan yang lebih bermartabat, pendidikan karakter harus tetap menjadi jantung dari seluruh proses pembinaan.

Editor : Rm. Yudel Neno, Pr

Share. Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Tumblr Email

BERITA TERKAIT

July 4, 2025

Rukun Bersama Saudara: Jalan Menuju Berkat dan Martabat dalam Dialog Antaragama

July 2, 2025

Partisipasi Umat Katolik dalam Kegiatan Gerejawi dan Berbagai Tingkatannya-

May 27, 2025

Sebuah Catatan Politik untuk Para Aktor Politik

May 26, 2025

Misa Inaugurasi Paus Leo XIV : Awal Masa Kepausan Baru

May 15, 2025

Leo XIII, Fransiskus dan Leo XIV antara Kontinuitas dan Diskontinuitas

May 9, 2025

Comments are closed.

BERITA TERBARU

Puluhan OMK Paroki Fatuoni Dilantik; OMK Diajak untuk Membangun Sikap Konsistensi

October 11, 2025

Sehari Sebelum Dilantik, OMK Fatuoni Ikut Animasi Pastoral dan Ekonomi Kreatif

October 10, 2025

Komisi-Komisi Keuskupan Atambua Gelar Rakor Pra-EVAPERCA

October 8, 2025

Kebijakan Timpang dan Tanggung Jawab Moralnya

October 3, 2025

Kandi Taku dan Irenius Terpilih Jadi Ketua Lingkungan dan Ketua OMK Kota Baru Paroki Katedral Atambua

October 1, 2025

Dari Malaka ke Vatikan: Pater Vian Nana, SDV, Ketua IRRIKA Napoli, Temui Paus Leo XIV di Jantung Gereja Katolik

September 23, 2025
KALENDER LITURGI

Tentang Kami
Tentang Kami

Keuskupanatambua.org merupakan website resmi Keuskupan Atambua yang menyajikan update informasi seputar Keuskupan Atambua dan paroki-paroki di wilayah keuskupan tersebut.

Alamat

Alamat:
Jl. Nela Raya No. 17, Lalian Tolu, Atambua 85702, Timor – Nusa Tenggara Timur.

Media Sosial
  • Facebook
  • Instagram
  • YouTube
  • TikTok
© 2025 Keuskupanatambua.org. Designed by Tim Keuskupan Atambua.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?