
Mgr. Theodorus Fransiskus Maria van Den Tillart, SVD
(Vikaris Apostolik Atambua 1958-1961)
(Uskup Atambua 1961-1984)
Nama Indonesianya Mgr. Theodorus Fransiskus Maria Sulama, SVD. Pada 14 November 1957 ditunjuk menjadi Vikaris Apostolik Atambua. Pada 29 Juni 1958 ditahbiskan sebagai Uskup di Atambua. Pada 3 Januari 1961 menjadi Uskup Atambua dengan berdirinya hierarki di Indonesia.
Jumlah umat Vikariat Apostolik Atambua, pada masa itu 150.000 jiwa. Saat pembentukan hierarki Gereja di Indonesia, Vikariat Apostolik Atambua menjadi Dioses/Keuskupan dan semua stasi menjadi paroki.
Upaya-upaya Pastoral yang dilakukan selama masa kepemimpinannya adalah:
- Peningkatan tenaga inti Gereja lebih gencar dilakukan, khususnya kaderisasi imam dan rasul awam (guru agama/ katekis dan guru sekolah melalui lembaga pendidikan formal, seperti: Seminari, SPGAK, SPG dan Sekolah Tinggi (Teologi – Kateketik – Pastoral).
- Menyiapkan fasilitas penunjang karya pastoral seperti gedung Gereja, paroki, kendaraan, gedung sekolah, asrama pelajar, dan lain-lain.
- Mengutus guru-guru Katolik ke berbagai wilayah untuk karya kerasulan. Mengangkat dan menempatkan katekis purnawaktu di paroki-paroki.
- Membentuk struktur pastoral pelayan umat mulai dari DPD, DPP, TPL dan TPK.
- Menyelenggarakan Sinode Pastoral I dan II.
Beliau seorang pemimpin yang karismatis dan kebapaan. Sinode II terjadi di Lalian, 1982. Dalam sinode itu disimpulkan bahwa masalah sosial yang dihadapi Gereja adalah masalah dualisme iman, rendahnya sumber daya manusia dan kemiskinan ekonomi.
Masalah dualisme iman cukup dominan memerlihatkan betapa sulit mengakarnya iman di hati umat. Demikian juga kebodohan dan kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang harus diperangi.
Tugas Gereja adalah mengupayakan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memberikan prioritas pada bidang pendidikan sebagai pintu masuk dunia pembangunan.
Untuk mencapai tujuan itu, langkah awalnya adalah melakukan penguatan tenaga pastoral dan tenaga kependidikan yang handal. Hal itu mendesak sebab fakta membuktikan bahwa banyak kebutuhan dan persoalan umat belum terjamah karena keterbatasan tenaga pastoral.
Itulah alasan yang mendorong Sinode II memfokuskan karya pastoralnya pada peningkatan Tenaga Pastoral dan Tenaga Kependidikan, baik yang tertahbis (imam) maupun yang non tertahbis (awam) untuk masa bakti 3 tahun (1982-1985).
Sungguh disadari bahwa Gereja di Timor harus kembali kepada komitmen awal tentang misinya di Timor.
Bahwa sejak awal masuknya Gereja Katolik di Timor, misi utama yang diembannya adalah membuka dan menyelenggarakan pendidikan Katolik. Inilah pintu masuk (entry point) untuk pewartaan Injil, Pemberantasan kebodohan dan pengentasan kemiskinan.
Keterlibatan Gereja Katolik di bidang pendidikan merupakan keharusan. Para imam, bruder dan suster misionaris, senantiasa memfokuskan karya pelayanannya di bidang pendidikan, menyusul kesehatan dan sosial ekonomi.
Yayasan dan sekolah-sekolah Katolik di daratan Timor disadari sebagai lembaga pendidikan formal tertua dibanding-kan dengan sekolah-sekolah negeri dan swasta lainnya.
Sangat banyak kader, pemimpin Gereja, masyarakat dan bangsa yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah Katolik. Inilah jasa Gereja yang patut dibanggakan.
Pada 3 Februari 1984 beliau mengakhiri masa jabatannya sebagai Uskup Atambua. Selanjutnya ia menjadi Administrator Apostolik Atambua sampai dengan 9 Mei 1984.
Pada 9 Mei 1984 beliau menyerahkan jabatan Uskup Keuskupan Atambua kepada penggantinya Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Mgr.
Theodorus Sulama, SVD menjadi Uskup Emeritus KA dengan memilih menjadi Pastor Paroki Stellamaris Atapupu hingga meninggal dunia pada 7 Mei 1991 dan dimakamkan di dalam Gereja Katedral Atambua.