KeuskupanAtambua.org – Jenis-Jenis Rahmat dalam Katekismus Gereja Katolik Serta Penjelasan, disadur oleh Rm. Yudel Neno, Pr – Dalam teologi Katolik, rahmat (gratia) adalah pemberian kasih Allah yang tidak layak kita terima, yang menolong kita untuk menjadi kudus dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ada beberapa jenis rahmat yang dikenal dalam ajaran Gereja Katolik, masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda dalam kehidupan rohani. Berikut adalah jenis-jenis rahmat dan penjelasannya :
Rahmat Pengudus (Gratia Sanctificans)
Rahmat pengudus adalah rahmat yang tinggal di dalam jiwa dan menjadikan kita benar di hadapan Allah. Rahmat ini diberikan pada saat baptisan dan menjadikan kita anak-anak Allah, memungkinkan kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi dan berpartisipasi dalam kehidupan ilahi.
“Melalui rahmat-Nya yang melimpah, Allah menyatukan umat manusia ke dalam Tubuh Kristus, sehingga mereka menjadi satu dalam kehidupan ilahi. Tidak ada perbuatan baik yang dapat dilakukan tanpa rahmat Allah, yang menguatkan dan menyucikan jiwa.” – Paus Pius XII dalam Mystici Corporis Christi (1943), Artikel 75, Paragraf 4.
Rahmat pengudus menyucikan kita dari dosa asal dan membuat kita layak menerima keselamatan. Ini adalah rahmat yang tetap tinggal di dalam diri kita, membuat kita hidup dalam persatuan dengan Allah.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1999: “Rahmat pengudus adalah karunia yang Allah curahkan ke dalam jiwa kita oleh Roh Kudus untuk menyembuhkan dari dosa dan untuk menyucikan kita, menjadikan kita ‘memiliki bagian dalam kodrat ilahi’ (2 Ptr 1:4).”
Rahmat Aktual (Gratia Actualis)
Rahmat aktual adalah bantuan sementara yang Allah berikan pada waktu-waktu tertentu untuk membantu kita dalam tindakan-tindakan konkret, seperti bertobat, melakukan perbuatan baik, atau menolak godaan.
“Rahmat Allah adalah kekuatan yang menyelamatkan dan menyembuhkan dunia, suatu pernyataan kasih yang tak pernah habis, yang diberikan kepada setiap orang tanpa memandang dosa atau kelemahan mereka.” dalam Dives in Misericordia (1980), Artikel 5, Paragraf 8.
Rahmat ini tidak tinggal menetap di dalam diri kita, melainkan diberikan pada saat kita membutuhkan bantuan untuk melakukan kebaikan atau menahan diri dari dosa. Rahmat aktual memungkinkan kita untuk bertindak sesuai kehendak Allah.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 2000: “Selain rahmat tetap, ada juga rahmat aktual, yang merupakan intervensi Allah, baik di awal pertobatan maupun selama perjalanan kekudusan.”
Rahmat Habitual (Gratia Habitualis)
Rahmat habitual adalah sinonim dari rahmat pengudus, karena ini adalah disposisi tetap yang membuat jiwa kita hidup dalam persatuan dengan Allah.
“Rahmat yang Allah berikan kepada kita adalah tanda kasih-Nya yang tanpa syarat. Ini adalah rahmat yang memungkinkan kita untuk mencintai seperti Allah mencintai, dan untuk memberikan diri kita kepada orang lain.” dalam Deus Caritas Est (2005), Artikel 17, Paragraf 3
Rahmat habitual memperkuat hubungan kita dengan Allah dan memberikan kita kemampuan untuk bertumbuh dalam kekudusan. Ini adalah rahmat yang menetap, mempersiapkan jiwa kita untuk melakukan perbuatan baik.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 2000: “Rahmat pengudus adalah rahmat yang tinggal di dalam jiwa kita… rahmat ini membenarkan kita dan menjadikan kita sahabat Allah.
Rahmat Sakramental
Rahmat sakramental adalah rahmat khusus yang diberikan melalui sakramen-sakramen Gereja, sesuai dengan tujuan dan efek masing-masing sakramen. Setiap sakramen memiliki rahmat spesifiknya sendiri, misalnya rahmat pengampunan dosa dalam Sakramen Tobat, rahmat kekuatan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit, dan rahmat pengudusan dalam Ekaristi.
“Rahmat Tuhan adalah perwujudan dari kasih ilahi yang mencakup dan memeluk setiap orang. Rahmat ini mengubah hati dan memulihkan hubungan kita dengan Allah, serta harus disebarkan kepada semua bangsa sebagai kabar gembira.” dalam Evangelii Gaudium (2013), Artikel 44, Paragraf 2
Rahmat ini diberikan secara khusus oleh Allah melalui tindakan sakramental yang dilaksanakan sesuai ajaran Gereja. Rahmat sakramental memperkuat rahmat pengudus dan memampukan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1129: “Gereja menegaskan bahwa sakramen-sakramen Perjanjian Baru adalah penting untuk keselamatan bagi orang-orang yang percaya, dan bahwa rahmat sakramental diberikan oleh Kristus.”
Rahmat Pembenaran (Gratia Iustificans)
Rahmat pembenaran adalah rahmat yang memulai proses pembenaran kita di hadapan Allah. Pembenaran adalah tindakan kasih karunia Allah yang mengampuni dosa kita dan membuat kita benar di hadapan-Nya.
“Rahmat bukan hanya diberikan untuk memungkinkan kita untuk tidak berbuat dosa, tetapi juga untuk memungkinkan kita untuk bertobat dan memohon ampun dari dosa-dosa yang telah kita lakukan. Rahmat adalah pengampunan dan kekuatan, serta kehidupan baru dalam Kristus.” – St. Agustinus dari Hippo
Rahmat ini dihubungkan dengan tindakan pertama kali kita dibenarkan oleh Allah, biasanya melalui sakramen baptisan. Dengan rahmat ini, dosa dihapuskan dan kita diterima dalam keluarga Allah.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1992: “Pembenaran adalah penetapan kita ke dalam kebenaran Allah, berkat rahmat-Nya, yang kita terima melalui iman kepada Yesus Kristus.”
Rahmat Pradestinasi (Gratia Praeveniens)
Rahmat pradestinasi, atau rahmat yang mendahului, adalah rahmat yang bekerja sebelum kehendak manusia terlibat, menarik kita untuk memulai langkah pertama menuju keselamatan. Ini adalah rahmat yang mempersiapkan hati kita untuk menerima rahmat yang lebih besar, seperti pertobatan.
“Manusia tidak dapat mencapai keselamatan tanpa rahmat Allah. Meskipun kehendak manusia tetap bebas, ia memerlukan rahmat agar dapat diarahkan kepada kebaikan, karena rahmat menggerakkan kehendak manusia menuju Tuhan.” – Santo Thomas Aquinas
Rahmat ini diberikan sebelum kita melakukan tindakan apapun, dan itu adalah inisiatif dari Allah yang menarik kita untuk memulai perjalanan iman kita. Ini menunjukkan bahwa segala tindakan baik yang kita lakukan adalah tanggapan terhadap kasih karunia yang telah Allah berikan lebih dahulu.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 2001: “Rahmat pertama adalah rahmat yang mendahului (prevenient grace) dan bantuan rahmat yang menyertai untuk bekerja bersama dengan kita.”
Rahmat Khusus (Gratia Gratum Faciens)
Rahmat khusus atau karisma adalah rahmat yang diberikan untuk tujuan khusus, biasanya untuk pelayanan atau misi dalam tubuh Gereja. Karunia-karunia ini bisa berupa karunia pewartaan, penyembuhan, kepemimpinan, dan karunia lainnya yang ditujukan untuk membangun Gereja.
“Rahmat tidak hanya datang kepada manusia sebagai sesuatu yang eksternal dari Tuhan; rahmat ada di dalam seluruh realitas hidup manusia sebagai kemampuan untuk menerima kasih Allah dan mengalaminya dalam setiap aspek kehidupan. Rahmat adalah tawaran permanen Allah dalam kehidupan.” – Karl Rahner, SJ
Rahmat khusus ini diberikan kepada individu-individu tertentu untuk membantu mereka melayani orang lain dan Gereja. Karunia ini tidak diberikan untuk keuntungan pribadi, tetapi untuk kepentingan seluruh komunitas Kristiani.
“Rahmat adalah keterbukaan ilahi yang memungkinkan manusia untuk masuk ke dalam persatuan dengan Allah. Rahmat bukanlah tambahan pada kodrat manusia, tetapi merupakan panggilan yang tertanam dalam penciptaan kita sejak awal.” – Henri de Lubac
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 2003: “Rahmat khusus atau karisma ditujukan untuk kekudusan umat dan untuk membangun Gereja. Semua karisma berasal dari Roh Kudus.”
Rahmat Berkesudahan (Gratia Finalis)
Rahmat berkesudahan adalah rahmat yang diberikan pada saat terakhir dalam hidup kita, yang memampukan kita untuk meninggal dalam keadaan rahmat, sehingga kita dapat masuk ke dalam kehidupan kekal.
“Rahmat Allah bukan sekadar hadiah yang diberikan kepada manusia; rahmat adalah bentuk kasih yang datang melalui Kristus dan melibatkan seluruh umat manusia. Rahmat tidak bisa dipisahkan dari pribadi Yesus Kristus yang menyerahkan diri-Nya bagi keselamatan semua orang.” – Hans Urs Bon Balthasar
Rahmat ini sangat penting karena menentukan keadaan akhir jiwa kita. Rahmat berkesudahan memampukan kita untuk tetap setia sampai akhir hidup, mempersiapkan kita untuk bertemu dengan Allah.
Sumber: Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1020: “Ketika mengalami akhir kehidupan, rahmat dari Tuhan Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus mendampingi kita untuk mengarahkan kita kepada Bapa surgawi.”
Sumber Katolik:
- Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1996-2005 (tentang rahmat secara umum dan berbagai jenis rahmat).
- Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1127-1129 (tentang rahmat sakramental).
- Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 2001 (tentang rahmat yang mendahului dan bekerja sama).
Disadur oleh Rm. Yudel Neno, Pr