Oleh RD. Yustus Ati Bere
Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan.
Judul renungan kita ini adalah “Mau Jadi Terbesar Jadilah Pelayan.” Pertanyaan untuk kita, siapa yang tak mau menjadi yang terhebat, terbesar dan terkenal di bidangnya masing-masing? Semua orang pasti menginginkan semuanya itu. Demi terwujudnya keinginan itu, tidak sedikit orang yang menempuh jalan sesat alias menghalalkan segala cara: bisa jadi meminta petunjuk paranormal, menyuap, berlaku curang, saling menjegal hanya karena demi posisi dan kedudukan.
Dalam Injil hari ini pun para rasul bertengkar mulut untuk menentukan siapa yang terbesar di antara mereka. Mereka bersaing dan saling mengalahkan demi kuasa dan nama baik. Tetapi sesungguhnya mereka salah paham tentang kepemimpinan umat. Mereka beranggapan bahwa orang yang mempunyai kedudukan tertinggi atau yang berada di samping Yesus, itulah yang terbesar. Mereka masih berpikir bahwa Yesus akan membangun suatu kerajaan duniawi, satu kerajaan kekuasaan dan kemuliaan. Yesus meluruskan pandangan mereka dengan mengatakan bahwa kerajaan-Nya bukan terletak dalam kehormatan dan kemuliaan yang dicari untuk dirinya sendiri, melainkan dalam melayani orang lain (Mrk. 9: 35). Dalam hal ini Yesus tidak hanya mengatakan, tetapi juga melaksanakannya secara sempurna ketika di dunia. Ia yang adalah Allah meninggalkan ke-Allahan-Nya dan menjadi manusia, menjadi seorang hamba, merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib.
Bagaimana dengan kita, kita yang imam, kita yang katekis, ketua lingkungan dan ketua KUB, dan juga sebagai umat biasa. Sudahkah kita menjadi pelayan sesungguhnya di antara kita? Sudahkah kita menjadikan kepemimpinan kita didasarkan pada spiritualitas Yesus yang melayani. Secara khusus di saat pandemi Covid -19, suatu masa yang sulit ini, sudahkah kita bertindak sebagai pelayan bagi umat dengan cara mau memperhatikan, memberi hati dengan tulus untuk mendengarkan keluh kesah umat yang datang kepada kita? Di tengah masyarakat, di tengah keluarga-keluarga sebagai suami-istri, sudahkah kita saling melayani dengan tulus dan rendah hati? Saling mendahulukan satu sama lain? Ataukah karena berbagai alasan dan saat ini karena alasan covid-19, kita lebih mengamankan diri pada zona nyaman kita masing-masing?
Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan.
Permenungan hari ini, mengajak kita sejenak untuk berbenah diri, melihat kembali, memperbaharui diri dalam tugas-tugas pelayanan kita. Bahwa untuk jadi yang terbesar justru harus dimulai dari menjadi seorang hamba atau pelayan bagi sesamanya. Dengan kata lain, siapa yang ingin menjadi tuan harus rela menjadi hamba terlebih dahulu. Harus bersedia mengosongkan diri dan mau melayani orang lain. Ini berbicara tentang kerendahan hati! Tuhan sangat menentang orang yang berlaku congkak dan mengasihi orang yang rendah hati (Yak. 4:6). Tuhan tidak pernah melarang kita memiliki tekad yang kuat untuk menjadi be the first, be the best. Asalkan impian dan harapan, ambisi itu dapat menjadi motor penggerak yang dapat mendorong kita untuk maju dan menjadi lebih baik dalam melayani sesama. Tetapi kalau ambisi dan keinginan tersebut mulai mengarah ke negatif dan bertentangan dengan kehendak Tuhan, itu yang patut diwaspadai.
Dalam pandangan Yesus, yang terbesar bukanlah mereka yang mempunyai kemampuan luar biasa, tetapi mereka yang mau melayani, merendahkan hati, dan mau berkorban bagi Tuhan dan sesama. Berarti menjadi orang yang terbesar sangat ditentukan oleh kualitas hidupnya sendiri. Orang-orang yang hatinya tulus, rendah hati, bersih dan apa adanya dengan Tuhan, seperti seorang anak kecil, itulah yang Tuhan cari.
Maka, Saudara dan saudariku terkasih. Marilah kita mengikuti contoh dan teladan hidup Yesus sendiri, bahwa untuk menjadi besar haruslah menjadi pelayan bagi sesama, memberi diri untuk orang lain, menyediakan waktu untuk orang lain mau mendengarkan mereka, memberi tenaga dan pikiran serta apa yang kita punya bagi sesama, teristimewa bagi kaum lemah dan kecil, sederhana dan yang tidak mampu menolong diri sendiri. Inilah tempat tertinggi dan terhormat. Inilah jabatan dan kuasa terbesar. Mari kita berlomba-lomba merebutnya dengan saling mendahului dalam pelayanan, yang rendah hati dan ikhlas. Semoga!