Close Menu
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • Misa Inaugurasi Paus Leo XIV : Awal Masa Kepausan Baru
  • Pelayanan Kesehatan Sebagai Partisipasi dalam Tugas Yesus Melayani
  • Konklaf: Dari Extra Omnes Hingga Habemus Papam
  • Rayakan Tahun Jubileum, Guru SDK Kuntum Bahagia Lakukan Ziarah Rohani ke Dekenat Mena
  • Leo XIII, Fransiskus dan Leo XIV antara Kontinuitas dan Diskontinuitas
  • Siswa Kelas XI SMAK Santa Filomena Mena Ikuti Pelatihan Menulis Berita Bersama Rm. Yudel Neno, Pr
  • Delegatus Nusa Tenggara Dorong Cinta Kitab Suci
  • Menghayati Spiritualitas Pekerjaan Berdasarkan Kesaksian Yusuf dan Maria
Facebook Instagram
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Login
Keuskupanatambua.orgKeuskupanatambua.org
Home»Opini»Menghayati Spiritualitas Pekerjaan Berdasarkan Kesaksian Yusuf dan Maria
Opini

Menghayati Spiritualitas Pekerjaan Berdasarkan Kesaksian Yusuf dan Maria

Komsos Keuskupan AtambuaBy Komsos Keuskupan AtambuaMay 1, 2025Updated:May 1, 2025No Comments35 Views
Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Reddit Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Refleksi – KeuskupanAtambua.org – Menghayati Spiritualitas Pekerjaan Berdasarkan Kesaksian Yusuf dan Maria – (Refleksi Hari Buruh dan Kompas Iman Katolik Memasuki Bulan Maria) – oleh Rm. Yudel Neno, Pr

Pengantar

Hari Buruh bukan sekadar momentum untuk merayakan hak-hak pekerja, tetapi juga ruang reflektif untuk menyelami makna terdalam dari sebuah pekerjaan dalam terang iman Kristiani. Dalam tradisi Katolik, bulan Mei dikenal sebagai Bulan Maria, dan dalam bulan ini, Paus Pius XII menegasakan tentang pentingnya devosi untuk menghormati Bunda Allah yang sederhana namun besar dalam pengabdiannya. Maka, tulisan ini berupaya menyingkap spiritualitas pekerjaan dalam terang kesaksian Yusuf dan Maria, serta berdasarkan fondasi Kitab Suci dan kesaksian Gereja perdana.

Yusuf sebagai Seorang Pekerja dan Model Pekerja

Yusuf digambarkan dalam Injil Matius sebagai “seorang yang tulus hati” (Mat 1:19) dan sebagai tukang kayu (Mat 13:55). Profesi Yusuf bukan hanya menunjukkan keterampilan tangan, tetapi juga spiritualitas kerja yang dijalani dalam kesetiaan terhadap Allah. Sebagai kepala keluarga Nazaret, Yusuf menafkahi Yesus dan Maria melalui kerja keras yang sunyi, tanpa mengharapkan balasan duniawi.

Yusuf adalah gambaran pekerja sejati yang diam, setia, bertanggung jawab, dan taat pada petunjuk Allah (Mat 1:20-24; 2:13-14). Dalam konteks ini, Yusuf adalah ikon pekerja kudus, di mana pekerjaan bukan sekadar rutinitas atau beban ekonomi, tetapi partisipasi dalam karya penciptaan Allah (co-creator). Paus Pius XII menetapkan 1 Mei sebagai Pesta Santo Yusuf Pekerja, untuk menegaskan bahwa pekerjaan bukan hanya kegiatan ekonomis, melainkan kegiatan ilahi.

Visi Alkitabiah tentang Menjadi Saksi–Pekerja Allah – (Kisah Para Rasul 5:27–33)

Ketika para rasul dilarang mengajar dalam Nama Yesus, mereka dengan tegas menjawab: “Kami harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis 5:29). Ini adalah fondasi spiritualitas pekerjaan dalam konteks kesaksian iman. Pekerjaan dalam terang Kristus bukan semata-mata tunduk pada struktur sosial-politik, tetapi pada suara kebenaran yang datang dari Allah.

Para rasul mengajar dan bekerja dalam situasi penuh tekanan. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan iman sering berhadapan dengan dominasi kuasa yang mengutamakan popularitas dan kenyamanan daripada kebenaran. Pekerjaan semacam ini mencerminkan spiritualitas martir, yang bekerja bukan untuk diri, melainkan sebagai wujud ketaatan pada Allah.

Tragisnya, pekerjaan yang mengabaikan kehendak Allah bisa menjadi alat pembunuhan seperti yang terjadi terhadap Yesus yang “digantung di kayu salib” (Kis 5:30). Ini adalah kritik terhadap pekerjaan yang dijalankan hanya atas dasar ambisi, tanpa integritas dan moralitas ilahi.

Spiritualitas Pekerjaan dalam Yohanes 3:31–36

Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa “Ia yang datang dari atas, berada di atas semuanya” (Yoh 3:31). Pekerjaan yang dijalankan oleh pekerja Kristiani harus berakar pada nilai surgawi. Yohanes tidak sekadar berbicara tentang Yesus, tetapi bersaksi melalui hidupnya. Spiritualitas pekerjaan mengandung unsur kesaksian profetik, di mana bukan hanya melakukan, tetapi juga memperlihatkan kehendak Allah dalam tindakan.

Ia juga mengatakan bahwa “Ia memberi Roh-Nya tanpa batas” (Yoh 3:34). Ini menandakan bahwa dalam pekerjaan yang dilakukan dengan penuh iman, Roh Kudus akan bekerja menyempurnakannya. Maka, pekerjaan bukan hasil individualisme, melainkan kolaborasi dengan rahmat Allah.

Dalam Yoh 3:36, ditegaskan bahwa “barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal.” Artinya, setiap pekerjaan harus menjadi sarana menuju hidup kekal, bukan sekadar kesejahteraan sementara. Kerja yang benar adalah yang menyumbang pada kehidupan, bukan yang menjauhkan manusia dari Allah.

Spiritualitas Pekerjaan Berdasarkan Kesaksian Maria

Maria, Bunda Yesus, menunjukkan bahwa pekerjaan sehari-hari dapat menjadi sarana perjumpaan dengan Allah. Dalam keseharian hidupnya di Nazaret, Maria tidak hanya melayani keluarganya, tetapi juga menghayati tugas-tugas rumah tangga sebagai bentuk pelayanan iman. Ketekunan, kesetiaan, dan keheningan yang dia pelihara merupakan ekspresi nyata dari spiritualitas kerja yang berakar pada kasih dan ketaatan kepada kehendak Allah. Ia tidak memisahkan antara doa dan kerja, melainkan mengintegrasikan keduanya dalam rutinitas yang sederhana namun penuh makna rohani. Dengan demikian, Maria menjadi teladan bahwa pekerjaan bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga jalan pengudusan.

Kesaksian Maria mengajarkan bahwa setiap bentuk pekerjaan memiliki nilai ilahi jika dilakukan dengan cinta dan kerendahan hati. Ia menerima tugas sebagai Bunda Allah bukan dengan ambisi, melainkan dengan kerelaan dan pelayanan total. Hal ini mencerminkan bahwa spiritualitas pekerjaan bukan hanya tentang hasil, tetapi tentang sikap batin yang melandasi tindakan. Dalam Maria, kita belajar bahwa pekerjaan menjadi tempat subur bagi pertumbuhan iman, harapan, dan kasih. Maka, siapa pun kita—entah bekerja di ladang, rumah, kantor, atau sekolah—dapat menghayati karya kita sebagai persembahan suci bagi Allah, seperti yang telah ditunjukkan oleh Maria.

Maria sebagai Gadis Desa yang Sederhana

Maria adalah gadis Nazaret (Luk 1:26), tempat terpencil yang tak dipandang. Namun justru dalam kesederhanaan itu, Allah berkarya besar. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan dan perutusan agung Allah bisa berawal dari realitas yang biasa-biasa saja. Spiritualitas pekerjaan adalah kesediaan menghadirkan kemuliaan Allah dalam kesederhanaan.

Maria dan Keberatan Manusiawi

“Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luk 1:34). Keberatan ini adalah cermin kerapuhan manusiawi. Namun Maria tidak berhenti pada keberatan itu, sebab ia mempercayakan dirinya kepada Allah (totalitas anthropologik). Ini mengajarkan bahwa tantangan dalam pekerjaan bukan untuk diratapi, tetapi diserahkan kepada Allah.

Maria yang Berserah Penuh

“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu” (Luk 1:38). Inilah inti spiritualitas kerja yakni berserah pada kehendak Allah. Maria menjadi teladan pekerja yang tidak mengutamakan kehendak pribadi, tetapi ketaatan total.

Maria Menyimpan Segala Perkara dalam Hati

“Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk 2:19). Pekerjaan yang benar bukan reaktif, tetapi kontemplatif. Maria mengajarkan pentingnya refleksi dalam bekerja, yang menyatukan antara perbuatan dan perenungan.

Maria dan Yusuf Menemukan Yesus di Bait Allah

“Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:49). Ini mengajarkan bahwa pekerjaan harus mengabdi pada martabat dan panggilan manusia. Maria dan Yusuf menyadari bahwa Yesus harus berjalan dalam panggilan ilahi-Nya.

Maria Menyaksikan Penderitaan Yesus

“Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk 2:35). Maria tetap hadir di tengah penderitaan Yesus. Ia tidak lari. Inilah kesetiaan dalam penderitaan kerja. Ia tidak hanya memulai pekerjaan sebagai ibu, tetapi juga menyelesaikannya di tengah kesakitan salib.

Maria Setia hingga Kaki Salib

“Tetapi dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya” (Yoh 19:25). Maria hadir hingga akhir. Ini menunjukkan totalitas dalam pekerjaan. Pekerjaan sejati tidak hanya selesai secara teknis, tetapi dengan penuh tanggung jawab hingga titik akhir.

“Inilah Ibumu” – Amanat Totalitas

“Inilah ibumu!” (Yoh 19:27). Amanat Yesus ini merupakan pengakuan atas totalitas Maria dalam pekerjaannya. Pekerjaan yang mulia dan utuh dilihat bukan dari popularitasnya, tetapi dari kesetiaan dan pengorbanannya. Maria adalah pekerja dalam kasih dan penebusan.

Penutup – Maria, Bintang Pagi bagi Para Pekerja

Bulan Mei ditetapkan sebagai bulan Maria oleh Paus Paulus VI melalui ensikliknya yang berjudul the Month of Mary. Bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan Rosario oleh Paus Leo XIII pada 1 September 1883 melalui ensikliknya yang berjudul Octobre Mense. Penetapan ini menegaskan peran Maria sebagai bintang penuntun bagi umat beriman dalam menempuh peziarahan hidup, termasuk dalam dunia pekerjaan. Bagi umat Katolik, Maria adalah kompas yang menunjukkan arah; bahwa pekerjaan harus dijalani dalam iman, ketaatan, kesetiaan, dan pengorbanan.

Dengan meneladani Yusuf dan Maria, para pekerja Kristiani diajak untuk melihat pekerjaan bukan sebagai beban, tetapi sebagai berkat dan jalan menuju kekudusan. Pekerjaan bukanlah sekadar aktivitas duniawi, melainkan partisipasi dalam karya keselamatan Allah.

Share. Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Tumblr Email

BERITA TERKAIT

Misa Inaugurasi Paus Leo XIV : Awal Masa Kepausan Baru

May 15, 2025

Leo XIII, Fransiskus dan Leo XIV antara Kontinuitas dan Diskontinuitas

May 9, 2025

Doa sebagai Simfoni Iman: Sebuah Tafsir Teologis atas Relasi Trinitaris dan Eklesial dalam Hidup Kristiani

April 29, 2025

Dari Keputusasaan Menuju Harapan: Jalan Orang Muda Menurut Bapa Suci Paus Fransiskus

April 23, 2025

Homili menurut Fulton John Sheen dan Paus Fransiskus

March 15, 2025

Rabu Abu : Tanda Pertobatan Bukan Halusinasi Pujian

March 6, 2025
Leave A Reply Cancel Reply

BERITA TERBARU

Misa Inaugurasi Paus Leo XIV : Awal Masa Kepausan Baru

May 15, 2025

Pelayanan Kesehatan Sebagai Partisipasi dalam Tugas Yesus Melayani

May 14, 2025

Konklaf: Dari Extra Omnes Hingga Habemus Papam

May 13, 2025

Rayakan Tahun Jubileum, Guru SDK Kuntum Bahagia Lakukan Ziarah Rohani ke Dekenat Mena

May 12, 2025

Leo XIII, Fransiskus dan Leo XIV antara Kontinuitas dan Diskontinuitas

May 9, 2025

Siswa Kelas XI SMAK Santa Filomena Mena Ikuti Pelatihan Menulis Berita Bersama Rm. Yudel Neno, Pr

May 9, 2025
KALENDER LITURGI

Tentang Kami
Tentang Kami

Keuskupanatambua.org merupakan website resmi Keuskupan Atambua yang menyajikan update informasi seputar Keuskupan Atambua dan paroki-paroki di wilayah keuskupan tersebut.

Alamat

Alamat:
Jl. Nela Raya No. 17, Lalian Tolu, Atambua 85702, Timor – Nusa Tenggara Timur.

Media Sosial
  • Facebook
  • Instagram
  • YouTube
  • TikTok
© 2025 Keuskupanatambua.org. Designed by Tim Keuskupan Atambua.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?