KeuskupanaAtambua.org – Spiritualitas Imamat dalam Perspektif Fulton John Sheen – oleh Yudel Neno, Pr
Fulton John Sheen, Seorang Teolog dan Pengkhotbah besar abad ke-20, memberikan refleksi mendalam tentang spiritualitas imamat yang terinspirasi dari palungan hingga salib.
Dalam kerangka pemikiran Sheen, keimamatan tidak sekadar status atau fungsi, melainkan sebuah panggilan untuk menjadi Imam-Kurban (Sacerdos Victima) dalam meneladani Kristus.
Refleksi Sheen mengundang para imam untuk melihat keimamatan sebagai panggilan hidup yang menyeluruh, yang melibatkan totalitas diri dalam pelayanan, pengorbanan, dan cinta kepada Allah serta umat-Nya.
Fulton John Sheen melihat imamat menurut tiga dimensi yakni teologis, pastoral dan sosiologis.
Yang pertama ; Dimensi Teologis: Imam sebagai Pelayan dan Duta Kristus
Sheen menegaskan bahwa keimamatan berakar pada identitas Kristus sebagai Imam dan Kurban. Seorang imam bukan hanya seorang guru yang mengajarkan kebenaran, tetapi juga seorang penyelamat yang menyerahkan diri bagi keselamatan umat.
Dalam Efesus 5:2, Kristus menyerahkan nyawa-Nya sebagai persembahan yang menyenangkan Allah. Di sini, Sheen menekankan bahwa keberanian dan kerendahan hati menjadi dasar dari pengorbanan sejati. Imam yang sejati harus belajar dari Kristus, yang bayangan salib-Nya sudah terlihat sejak palungan hingga kayu salib.
Imamat tidak lengkap tanpa keterlibatan pribadi imam dalam kurban itu sendiri. Hal ini berbeda dengan para imam Yahudi yang mempersembahkan kurban tanpa kehilangan apa pun. Dalam Kristus, imam menjadi bagian dari kurban itu sendiri, bukan sekadar perantara, melainkan partisipan aktif dalam penyerahan diri. Itulah dalam Teologi Ekaristi, dikatakan bahwa Kristus adalah Tuan Rumah dan sekaligus merupakan hajatan dalam bentuk Kurban Ekaristi (Tubuh dan Darah Kristus).
Yang kedua ; Dimensi Pastoral: Imam sebagai Saksi yang Hidup
Sheen menempatkan imam dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik di atas mimbar, di kamar pengakuan dosa, maupun dalam doa pribadi. Setiap tindakan pastoral seorang imam merupakan manifestasi dari panggilan untuk menyatu dengan Kristus sebagai Kurban. Imam harus siap memberikan dirinya secara total, bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam tindakan yang menyentuh hati umat. Dalam hal ini, spiritualitas imamat tidak pernah terpisah dari pelayanan penuh kasih yang mencerminkan wajah Kristus.
Yang ketiga ; Dimensi Sosiologis: Kesaksian Imam di Tengah DuniaS
heen juga menyinggung aspek sosiologis dari imamat, yaitu bagaimana masyarakat—baik yang beriman maupun tidak percaya—menanggapi para imam. Statistika dan reaksi masyarakat terhadap keimamatan menjadi cerminan dari sejauh mana imam hidup seturut panggilan Kristus. Imam dipanggil untuk menjadi teladan hidup yang mencerminkan integritas, kesederhanaan, dan cinta yang mendalam kepada Allah dan sesama.
Imam sebagai Kurban: Penumpahan Darah dan Penghapusan Dosa
Sheen memberikan penekanan khusus pada teologi kurban, yang menjadi inti dari keimamatan Kristus. Dalam Ibrani 9:22, tanpa penumpahan darah, tidak ada penghapusan dosa. Sheen menunjukkan bahwa dosa merasuki darah manusia, sebagaimana tergambar dalam wajah orang-orang yang kehilangan moralitas. Penumpahan darah Kristus menjadi satu-satunya cara untuk membuang dosa dari umat manusia.
Sheen juga menarik perhatian pada kisah di Kejadian 3:21, di mana Tuhan mengurbankan hewan untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Ini menjadi gambaran awal dari pengorbanan yang akan mencapai puncaknya dalam Kristus. Imam dipanggil untuk hidup dalam spiritualitas ini, menyerahkan dirinya untuk menutupi “ketelanjangan rohani” umat Allah.
Identitas Seorang Imam
“Imam tidak hidup untuk dirinya sendiri; dia adalah milik Kristus. Kehidupannya adalah perpanjangan dari pengorbanan Kristus di altar dan dalam pelayanan kasih kepada umat-Nya.”
Sheen menekankan bahwa seorang imam adalah pribadi yang telah diserahkan sepenuhnya kepada Kristus, dengan misi yang melampaui keinginan pribadi dan kepentingannya.
Imam dan Ekaristi
“Imam diciptakan untuk altar, dan altar ada karena kurban. Tanpa kurban, tidak ada imam; tanpa salib, tidak ada keselamatan.”
Dalam pandangan Sheen, esensi seorang imam terletak pada relasinya dengan salib dan Ekaristi. Dia memandang imam sebagai pribadi yang dipanggil untuk terus menghidupi dan menghadirkan misteri salib dalam hidup sehari-hari.
Pelayanan sebagai Cermin Kristus
“Imam harus menjadi cermin cinta Kristus. Dia harus memimpin dengan memberi contoh, mengasihi tanpa pamrih, dan melayani tanpa henti.”
Pemikiran ini menunjukkan bagaimana seorang imam bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga teladan kasih dan pelayanan.
Panggilan untuk Kekudusan
“Tugas pertama imam adalah menjadi kudus. Dari kekudusan itu, seluruh pelayanan pastoralnya akan bersinar.”
Bagi Sheen, panggilan imam pertama-tama adalah kekudusan, yang menjadi dasar bagi semua karya pastoral dan misi mereka di dunia.
Imam sebagai Mediator
“Seorang imam berdiri di antara Allah dan manusia, membawa permohonan umat kepada Allah dan membawa berkat Allah kepada umat.”
Sheen melihat imam sebagai seorang mediator, peran yang menuntut kedekatan yang intim dengan Allah dan belas kasih yang mendalam terhadap umat manusia.
Sheen tidak hanya menggambarkan panggilan imam secara teologis, tetapi juga memberikan inspirasi bagi para imam untuk terus merenungkan identitas dan misi mereka dalam terang Kristus.
Kesimpulan: Kristus sebagai Model Spiritualitas Imam
Refleksi Sheen mengarahkan para imam untuk meneladani Kristus dalam kesatuan tak terpisahkan antara status-Nya sebagai Imam dan Kurban. Imamat sejati adalah manifestasi dari Inkarnasi, di mana seorang imam menjadi tanda kehadiran Allah yang hidup. Dengan mengosongkan diri (kenosis), menyerahkan segalanya, dan hidup dalam kesatuan dengan Kristus, imam mencerminkan spiritualitas yang penuh makna: bukan hanya menjadi pelayan tetapi juga menjadi kurban bagi umat-Nya.
Sheen menutup dengan peringatan bahwa kekayaan batin seorang imam tidak ditentukan oleh penampilan luar, tetapi oleh kerendahan hati dan komitmen kepada Kristus. Dalam dunia yang sering terjebak oleh gemerlap materi, seorang imam dipanggil untuk hidup sederhana, karena hidupnya adalah saksi dari kekayaan batiniah yang melampaui segalanya.
Sumber Bacaan :
Buku Berjudul Imam Bukan Miliknya Sendiri karya Fulton John Sheen. Diterbitkan oleh Komisi Seminari KWI, tahun 2018 dan dicetak oleh PT. Kanisius Yogyakarta