Mena, KeuskupanAtambua.org – 11 Desember 2024 – Pimpin Rekoleksi Kategorial di Dekenat Mena, Uskup Atambua bicara tentang pentingnya cinta kasih dan pengharapan di hadapan Ribuan Remaja dan Pelajar se-Dekenat Mena.
Rekoleksi Kategorial memasuki hari kedua dengan suasana penuh semangat dan antusiasme dari ribuan remaja dan pelajar. Peserta yang hadir saat ini berjumlah 1.074 Orang.
Dalam renungan mimbar yang disampaikan, Uskup Dominikus mengajak para Peserta untuk merenungkan makna menjadi seorang pelajar Katolik yang hidup dalam cinta kasih dan iman yang kuat. Ia menekankan pentingnya pengharapan dalam hidup, meskipun tantangan dan kesulitan sering kali menghampiri. Menurut Uskup Domi, pendidikan karakter hanya dapat berjalan apabila ada kebiasaan dan penghayatan akan persekutuan kasih. Hanya dalam persekutuan kasih, pengharapan mendapatkan tempatnya.
Sebagai landasan refleksi, Uskup meminta para Siswa membaca dua bagian Kitab Suci, yakni Kitab Kejadian 37:12-37 dan Injil Lukas 13:31-35. Dari kisah Yusuf yang dijual oleh Saudara-Saudaranya dalam Kitab Kejadian, Uskup menyoroti bahwa walaupun Yusuf mengalami penderitaan, ia tetap memelihara harapan kepada Allah. Yusuf akhirnya menjadi tokoh penting yang menyelamatkan keluarganya dan banyak orang dari kelaparan.
“Dalam hidup, tantangan itu pasti ada, namun jangan pernah kehilangan harapan. Sebagaimana Yusuf yang tetap percaya pada penyelenggaraan Tuhan, kalian pun harus percaya bahwa Allah selalu menyertai kalian,” pesan Uskup Dominikus dengan penuh semangat.
Bapak Uskup juga mengajak para Siswa untuk menghidupi semangat kasih dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Menjadi pelajar Katolik, lanjut Bapak Uskup, bukan hanya soal belajar pengetahuan, tetapi juga membangun karakter yang penuh cinta kasih seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus.
Sambil mempelajari semangat ke-12 Rasul.sesuai catatan Kitab Suci, Bapak Uskup mengajak para Pelajar untuk membaca Kitab Suci agar mendapat pembelajaran berharga dari kesaksian hidup.
Bapak Uskup juga mengangkat problem sosial yang akhir-akhir ini hadirnya mencemaskan, khususnya di tengah kehidupan remaja-pelajar. Problem yang dimaksud ialah brokenself, brokenheart, brokenhome dan brokensociety. Bapak Uskup menjelaskan sekaligus menegaskan tentang pentingnya cinta kasih, dengan mengatakan, apabila brokenself bertemu dengan brokenheart, akan melahirkan brokenhome. Selanjutnya, perpaduan broken home akan menciptakan brokensociety. Kenyataan seperti ini menciptakan realitas yang menyedihkan, melukai dan meracuni semangat persekutuan.
Suasana penuh khidmat dan kebersamaan melingkupi renungan mimbar dengan metode dialog. Para Peserta tampak terinspirasi dan termotivasi untuk terus bertumbuh dalam iman, cinta kasih, dan harapan sebagai peziarah di dunia ini.
Laporan : Tim Komsos Dekenat Mena
Editor : Yudel Neno, Pr