KeuskupanAtambua.org – Memahami Delapan Etos Kerja CU Kasih Sejahtera Keuskupan Atambua dan Relevansinya bagi Umat Allah KA– Yudel Neno, Pr
Pendahuluan
Credit Union Kasih Sejahtera adalah salah satu lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat yang terpercaya dan profesional berbasis komunitas di Wilayah Keuskupan Atambua. Lembaga ini didirikan pada tanggal 8 Juni 2007 dan dikukuhkan oleh Uskup Atambua (waktu itu), Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Koperasi Kredit CU Kasih Sejahtera memiliki dasar hukum No. 07/BH/XXIX.2/IX/2008. Saat ini, Koperasi Kredit CU Kasih Sejahtera memiliki 12 Kantor Pelayanan yang tersebar di 3 Kabupaten yakni: Belu, Malaka, dan Timor Tengah Utara. (https://www.cukasihsejahtera.org/cuks-atambua/)
Sebagai panduan dan inspirasi untuk bekerja, CUKS Keuskupan Atambua memiliki Delapan Etos Kerja. Delapan etos kerja itu bukan sekadar pedoman profesionalitas, melainkan suatu refleksi mendalam atas spiritualitas kerja yang berpijak pada ajaran Kitab Suci. Nilai-nilai ini relevan bagi umat Allah dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam keluarga, komunitas, maupun dunia profesional. Etos kerja ini menjadi sarana untuk mewujudkan kesejahteraan, menegakkan martabat manusia, serta membangun solidaritas dan pelayanan bagi sesama.
Yang pertama : Kerja adalah Rahmat – Bekerja Tulus Penuh Rasa Syukur
Dasar Biblis – Kolose 3:23-24: Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
Kerja adalah rahmat karena merupakan bagian dari penyelenggaraan ilahi yang memungkinkan manusia berpartisipasi dalam karya penciptaan Tuhan. Dalam kehidupan umat Allah, bekerja bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan sebuah panggilan iman yang harus dijalani dengan ketulusan dan rasa syukur. Sikap ini mencerminkan iman yang hidup serta membawa dampak positif bagi diri sendiri dan sesama.
Bekerja dengan penuh syukur tidak hanya menghasilkan manfaat materi, tetapi juga menciptakan kepuasan batin, keseimbangan hidup, serta hubungan sosial yang harmonis. Ketika seseorang bekerja seperti untuk Tuhan, ia mengembangkan etos kerja yang bertanggung jawab, disiplin, dan berorientasi pada kebaikan bersama. Dengan demikian, kerja bukan hanya sekadar tugas harian, melainkan suatu bentuk ibadah yang memuliakan Tuhan dan mendatangkan berkat bagi banyak orang.
Yang kedua : Kerja adalah Amanah – Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab
Dasar Biblis – Matius 25:21: Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Sebagai umat beriman, setiap pekerjaan yang dipercayakan merupakan amanah dari Tuhan yang harus dilaksanakan dengan benar dan penuh tanggung jawab. Secara eksegetis, perumpamaan tentang talenta menegaskan bahwa setiap orang diberi kepercayaan untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik. Tuhan tidak hanya menilai seberapa besar hasil yang diperoleh, tetapi lebih pada kesetiaan dan tanggung jawab dalam mengelola setiap kesempatan yang diberikan.
Secara logis, bekerja dengan jujur dan bertanggung jawab membangun kepercayaan serta kredibilitas, baik di hadapan manusia maupun Tuhan. Kesetiaan dalam perkara kecil menjadi landasan untuk dipercayakan hal-hal yang lebih besar. Dalam realitas kehidupan, amanah yang dijalankan dengan setia tidak hanya membawa keberhasilan bagi individu, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan komunitas. Dengan demikian, bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi juga sebagai bentuk ibadah dan partisipasi dalam karya keselamatan Allah.
Yang ketiga : Kerja adalah Panggilan – Bekerja Tuntas Penuh Integritas
Dasar Biblis – Efesus 2:10: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.” Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Bekerja bukan sekadar mencari nafkah, tetapi merupakan panggilan suci dari Tuhan untuk melayani dan mengembangkan diri dalam rencana keselamatan-Nya. Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran iman menjadi bagian dari karya ilahi yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Secara eksegetis, panggilan ini tidak terbatas pada profesi tertentu, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan yang dijalani dengan dedikasi, ketulusan, dan semangat pelayanan.
Secara logis, pekerjaan yang dilakukan dengan ketuntasan mencerminkan integritas dan profesionalisme, yang pada akhirnya membangun karakter serta reputasi yang baik. Dalam realitas, seseorang yang bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ketekunan akan lebih dihargai serta mendapatkan kepercayaan, baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, bekerja bukan hanya sekadar aktivitas duniawi, tetapi juga wujud nyata dari panggilan iman untuk hidup dalam kebaikan yang telah direncanakan Tuhan.
Yang keempat : Kerja adalah Aktualisasi – Bekerja Keras Penuh Semangat
Dasar Biblis – Amsal 22:29: Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.
Kerja adalah sarana bagi manusia untuk mengaktualisasikan potensi yang dianugerahkan Tuhan. Tuhan menciptakan setiap individu dengan talenta dan kemampuan yang unik, yang harus dikembangkan melalui kerja keras dan dedikasi. Secara eksegetis, aktualisasi diri melalui kerja keras terlihat dalam kisah Yusuf yang, meskipun mengalami berbagai kesulitan, tetap setia dan tekun hingga akhirnya diangkat menjadi tangan kanan Firaun. Kisah ini menegaskan bahwa ketekunan dan kecakapan dalam pekerjaan membawa seseorang kepada posisi yang lebih tinggi dalam kehidupan.
Secara logis, mengembangkan bakat dan keterampilan melalui pekerjaan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga memberikan kepuasan batin serta rasa pencapaian. Dalam realitas, pekerja yang bersemangat dan berdedikasi cenderung lebih sukses, mendapatkan kepercayaan yang lebih besar, serta mampu menginspirasi orang lain. Dengan demikian, kerja bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga sebuah panggilan untuk mencapai potensi terbaik yang telah Tuhan tanamkan dalam diri setiap manusia.
Yang kelima : Kerja adalah Ibadah – Bekerja Serius Penuh Kecintaan
Dasar Biblis – Roma 12:1: Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan bentuk ibadah kepada Tuhan. Setiap usaha dan tenaga yang dicurahkan dalam pekerjaan dapat menjadi persembahan yang hidup, jika dilakukan dengan niat yang tulus dan hati yang kudus. Secara eksegetis, Rasul Paulus menegaskan bahwa ibadah sejati tidak hanya terbatas pada doa dan ritual keagamaan, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk pekerjaan yang dijalani dengan penuh dedikasi.
Secara logis, bekerja dengan penuh kecintaan dan tanggung jawab menghasilkan kualitas yang lebih baik, membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam realitas, seseorang yang bekerja dengan ketulusan dan dedikasi tidak hanya lebih mudah mencapai keberhasilan, tetapi juga menghadirkan nilai-nilai ilahi dalam pekerjaannya. Dengan demikian, bekerja dengan sikap yang benar menjadi cara untuk memuliakan Tuhan, menjadikan setiap aktivitas sebagai persembahan yang berkenan di hadapan-Nya.
Yang kelima : Kerja adalah Seni – Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas
Dasar Biblis – Keluaran 35:31-32: dan telah memenuhinya dengan Roh Allah, dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, yakni untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga;
Yang keenam : Kerja adalah Kehormatan – Bekerja Tekun Penuh Keunggulan
Dasar Biblis – Kejadian 1:26-27: Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Kerja adalah kehormatan karena melalui pekerjaan, manusia menjalankan tugasnya sebagai ciptaan Tuhan yang mulia dan diberi tanggung jawab untuk mengelola ciptaan-Nya. Martabat manusia sebagai gambar Allah tercermin dalam kemampuannya untuk berkreasi, mengatur, dan membangun peradaban. Secara eksegetis, pernyataan ini menegaskan bahwa manusia memiliki kedudukan istimewa dalam ciptaan dan dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya ilahi dengan penuh kesadaran akan tanggung jawabnya.
Secara logis, bekerja dengan tekun dan penuh dedikasi menghasilkan keunggulan serta mendapatkan penghargaan, baik dari Tuhan maupun sesama manusia. Dalam realitas, orang yang bekerja dengan tekun dan berkomitmen pada keunggulan lebih dihormati dalam masyarakat karena kontribusinya yang nyata bagi kehidupan bersama. Dengan demikian, bekerja bukan hanya bentuk penghormatan terhadap martabat diri sendiri, tetapi juga pelayanan kepada sesama dan perwujudan rencana Allah bagi kesejahteraan umat manusia. Setiap usaha yang dilakukan dengan hati yang tulus dan penuh tanggung jawab menjadi bagian dari panggilan ilahi untuk menghadirkan kebaikan dan keadilan di dunia.
Yang ketujuh : Kerja adalah Pelayanan – Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati
Dasar Biblis – Markus 10:45: Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.