Close Menu
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Facebook X (Twitter) Instagram
Trending
  • Misa Inaugurasi Paus Leo XIV : Awal Masa Kepausan Baru
  • Pelayanan Kesehatan Sebagai Partisipasi dalam Tugas Yesus Melayani
  • Konklaf: Dari Extra Omnes Hingga Habemus Papam
  • Rayakan Tahun Jubileum, Guru SDK Kuntum Bahagia Lakukan Ziarah Rohani ke Dekenat Mena
  • Leo XIII, Fransiskus dan Leo XIV antara Kontinuitas dan Diskontinuitas
  • Siswa Kelas XI SMAK Santa Filomena Mena Ikuti Pelatihan Menulis Berita Bersama Rm. Yudel Neno, Pr
  • Delegatus Nusa Tenggara Dorong Cinta Kitab Suci
  • Menghayati Spiritualitas Pekerjaan Berdasarkan Kesaksian Yusuf dan Maria
Facebook Instagram
  • Home
  • KEUSKUPAN
  • PUSPAS
  • DEKENAT
  • PAROKI
  • RENUNGAN
  • PENGUMUMAN
  • SURAT GEMBALA
Login
Keuskupanatambua.orgKeuskupanatambua.org
Home»Refleksi Eksegetis»Mengasihi dan Mengampuni sebagai Panggilan Ilahi
Refleksi Eksegetis

Mengasihi dan Mengampuni sebagai Panggilan Ilahi

Komsos Keuskupan AtambuaBy Komsos Keuskupan AtambuaFebruary 23, 2025No Comments39 Views
Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Reddit Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Homili, KeuskupanAtambua.org –  Mengasihi dan Mengampuni sebagai Panggilan Illahi – oleh RD. Gabriel Irenius

Minggu Ketujuh Masa Biasa, Tahun Liturgi C – 2025; Bacaan I: ISamuel 26:2.7-9.12-13.22-23, Bacaan II: IKor 15:45-49, Injil: Luk 6:27-38

Hari ini kita memasuki hari Minggu Biasa ke-VII tahun tahun liturgi C. Dalam bacaan pertama dari Kitab Samuel, mengutarakan kelanjutan kisah perselisihan antara Saul dengan Daud akibat Saul yang iri hati kepada Daud.

Iri hati Saul membakar amarah dan memicu niat jahat untuk sekali lagi mengejar Daud dan berupaya membunuhnya. Di tengah pengejaran, di mana alih-alih ingin membunuh Daud, Saul justru didapati oleh Daud sementara tertidur pada suatu malam. Dalam situasi seperti ini, Daud mendapat keuntungan dan peluang untuk membunuh terlebih dahulu sebelum dibunuh. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Daud tidak membalas apa yang telah dilakukan oleh Saul terhadapnya. Bahkan ketika ia diprovokasi oleh Abisai, Daud justru menolaknya.

Daud sadar bahwa meski Tuhan turut campur tangan di dalam peristiwa itu, namun ia sendiri menyadari kedaulatan Tuhan atas setiap orang yang diurapinya. Meski Saul dikenal karena ketidaktaatannya kepada Tuhan; meski terbakar oleh kebencian dan dendam yang bernyala kepada Daud, Daud justru menunjukkan bahwa di atas semuanya itu hanya ada kedaulatan Allah. Hanya Allah sajalah yang berhak menjadi hakim yang adil. Hakim yang membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang.

Apa yang dilakukan oleh Daud merupakan landasan inspirasi bahwa pribadi yang mengasihi dan mengampuni bukan hal yang mudah meski seringkali begitu gampang diungkapkan. Hal ini seiring dengan kenyataan bahwa pengampunan pertama-tama adalah Tindakan Ilahi.

Pengampunan adalah karya Allah sendiri yang disimpan jauh di dalam lubuk hati manusia dan secara terus menerus memanggil manusia untuk berpartisipasi di dalam tindakan ilahi itu yakni mengampuni. Hal ini secara samar-samar dijelaskan oleh Rasul Paulus di dalam Surat Pertamanya kepada Jemaat di Korintus dengan menjelaskan tipologi kontras antara Adam dan Kristus. Manusia pertama yakni Adam yang berasal dai tanah dan bersifat jasmani dan Kristus sebagai “Adam Baru” yang berasal dari surga dan bersifat rohaniah.

Dengan menampilkan kontras Adam dan Kristus, Rasul Paulus hendak menunjukkan bahwa meski kita mewarisi kenyataan manusiawi yang rapuh yang berasal dari Adam di satu pihak, tetapi di lain pihak, kita perlu bersyukur bahwa kita juga memperoleh kesempatan untuk mengambil bagian dalam kenyataan ilahi rohani yang diwariskan oleh Kristus sendiri; yang memang sejak semula ada bersama dengan Allah dan adalah Allah namun berkenan mengosongkan diri-Nya (kenosis) untuk menjadi manusia sama seperti kita dan pada gilirannya melalui misteri penebusan, memulihkan kembali hubungan manusia dengan Allah.

Meski gambaran Rasul Paulus bercorak eskatologis; suatu gambaran yang berorientasi pada kepenuhan akhir zaman ketika kita akan mengenakan rupa yang surgawi, namun antisipasinya justru sudah dimulai sejak peziarahan di dunia ini.

Bertolak dari kenyataan teologis, sebagaimana diutarakan Paulus, jelaslah bahwa kasih dan pengampunan pertama-tama adalah kenyataan ilahi yang bersumber dari inisiatif Allah. Allah adalah kasih yang memanggil dan meminta partisipasi kita untuk saling mengasihi dan mengampuni. Karakter khas dari rupa surgawi adalah kasih dan pengampunan itu sendiri.

Relevansi teologisnya ialah panggilan untuk mengasihi dan mengampuni sebagai inisiasi Allah jelas diungkapkan oleh Yesus sebagaimana dilukiskan oleh penginjil Lukas. Pengajaran Yesus ini ditempatkan pasca ucapan bahagia dan peringatan yang menimbulkan pertanyaan; bagaimana para murid harus hidup di dalam dunia dengan aneka tantangan. Di tengah alih-alih lari dari tantangan, lari dari masalah, membalas setiap perlakuan buruk, Yesus justru menuntut para Murid dengan sebuah permintaan bernada imperatif. “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu”. Perintah ini jelas membalikan logika pemikiran manusia jasmani yang seringkali memilih menyerang balik bilamana terusik.

Instruksi Yesus memperlihatkan Logika Ilahi yang melampaui batas-batas logika manusia. Ketika suara dari Salib berseru, “Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, seruan itu sesungguhnya adalah simpul definitif dari seluruh penalaran ilahi yang mengasihi daripada membenci, yang mengampuni daripada menghakimi dan memberi sehabis-habisnya. Inilah warisan Sang Guru Agung, warisan rohani yakni kasih terhadap musuh bukan sebagai suatu perasaan cinta psikologis belaka, yang hanya akan mungkin bila mereka sudah layak dicintai tetapi lebih dari itu menuntut kasih yang tanpa pamrih, kasih walau tak berbalas. Atau bertepuk sebelah tangan…

Instruksi Yesus yang nampak pada formulasi eksplisit-biblis ; tampar pipi kiri kasih pipi kanan, kalau ada yang ambil pakaian beri juga jubah, pinjamkan tanpa berharap balasan, murah hati, jangan menghakimi dan seterusnya, tentu perlu dicermati dengan penalaran yang baik. Apabila diikuti tanpa penalaran kasih, praktisnya; barangkali banyak yang muka bengkak, simpanan rekening bisa habis karena dipinjam terus-terus..

Akhirnya, menjadi murid Kristus bukan hal yang mudah. Mengasihi dan mengampuni itu sulit tetapi bukan tidak mungkin. Salah satu tantangan sekarang ini ialah menurunnya sikap selektif untuk memilah; hal mana yang layak publikasi. Banyak hal begitu saja mudahnya ditumpahkan di media sosial, tanpa seleksi. Kebencian, iri hati, fake news dan lainnya pun mudah begitu saja.

Bila akhirnya tidak banyak dari antara kita yang sungguh ambil bagian dalam pelaksanaan amanat Kristus yakni saling mengasihi dan mengampuni dan terutama mengasihi, mengampuni musuh, maka pada mendatang, “Gereja” terancam bahaya makin kecil, walaupun Gereja takkan goyah karena tantangan yang melanda. Gereja justru semakin menunjukkan otentisitasnya apabila tetap tegak di tengah tantangan.

RD. Gabriel Irenius (Imam Keuskupan Agung Kupang), saat ini bertugas di Seminari Tinggi Santo Mikael Penfui Kupang)

Editor : Yudel Neno, Pr

Share. Facebook WhatsApp Twitter Telegram Pinterest LinkedIn Tumblr Email

BERITA TERKAIT

Internalisasi Delapan Etos Kerja CU Kasih Sejahtera Keuskupan Atambua dan Relevansinya bagi Umat Allah Keuskupan Atambua

March 21, 2025

Mengambil Keputusan Bijak dan Tidak Bijak dalam Terang Kegembalaan Yesus dan Prinsip Desolasi-Konsolasi

March 13, 2025

Peran OMK dalam Terang Pernyataan Yesus Aku adalah Raja

November 23, 2024

Hari Orang Muda Sedunia 2024: Refleksi Kritis bagi Orang Muda Katolik Keuskupan Atambua

November 23, 2024

Janda yang Memberi dari Kekurangan sebagai Model Bernas bagi Semangat Pahlawan Masa Kini

November 9, 2024

Comments are closed.

BERITA TERBARU

Misa Inaugurasi Paus Leo XIV : Awal Masa Kepausan Baru

May 15, 2025

Pelayanan Kesehatan Sebagai Partisipasi dalam Tugas Yesus Melayani

May 14, 2025

Konklaf: Dari Extra Omnes Hingga Habemus Papam

May 13, 2025

Rayakan Tahun Jubileum, Guru SDK Kuntum Bahagia Lakukan Ziarah Rohani ke Dekenat Mena

May 12, 2025

Leo XIII, Fransiskus dan Leo XIV antara Kontinuitas dan Diskontinuitas

May 9, 2025

Siswa Kelas XI SMAK Santa Filomena Mena Ikuti Pelatihan Menulis Berita Bersama Rm. Yudel Neno, Pr

May 9, 2025
KALENDER LITURGI

Tentang Kami
Tentang Kami

Keuskupanatambua.org merupakan website resmi Keuskupan Atambua yang menyajikan update informasi seputar Keuskupan Atambua dan paroki-paroki di wilayah keuskupan tersebut.

Alamat

Alamat:
Jl. Nela Raya No. 17, Lalian Tolu, Atambua 85702, Timor – Nusa Tenggara Timur.

Media Sosial
  • Facebook
  • Instagram
  • YouTube
  • TikTok
© 2025 Keuskupanatambua.org. Designed by Tim Keuskupan Atambua.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?