
KeuskupanAtambua.org – Mengambil Keputusan Bijak dan Tidak Bijak dalam Terang Kegembalaan Yesus dan Prinsip Desolasi-Konsolasi – oleh Yudel Neno, Pr
Catatan Awal
Saya masih ingat dengan jelas salah satu nasihat bijak dari Rm. Valens Boy, Pr., seorang Dosen Senior Fakultas Filsafat Unwira Kupang sekaligus Pembina di Seminari Tinggi Santo Mikhael, Penfui, Kupang. Beliau adalah seorang Dosen Kitab Suci yang memiliki kedalaman pemahaman tentang teks-teks biblis.
Desolasi adalah keadaan jiwa yang penuh dengan kegelapan, kebingungan, kekeringan rohani, dan perasaan jauh dari Tuhan
Suatu ketika, dalam perkuliahan Eksegese Mazmur, saat membahas nada kebijaksanaan dalam Kitab Mazmur, beliau memberikan nasihat yang sangat berharga:
“Ingat baik-baik, para Frater! Kalian kelak akan menjadi pemimpin. Dan kalian memang dididik untuk menjadi pemimpin. Jika suatu saat kalian harus mengambil keputusan, jangan pernah melakukannya dalam keadaan emosional atau saat kalian merasa lemah. Sebaliknya, jika kalian merasa berani dan nekat, waspadalah dalam mengambil keputusan. Sebab keputusan yang diambil dalam keadaan lemah dan emosional cenderung membuat seseorang mencari kambing hitam. Sementara itu, keputusan yang diambil dalam keadaan nekat dapat berujung pada tindakan pemaksaan kehendak.”
Nasihat di atas sangat relevan dengan uraian biblis yang akan dibahas pada bagian berikutnya dalam tulisan ini. Selain itu, pesan tersebut juga menegaskan pentingnya kondisi batin seorang pemimpin yang dalam spiritualitas Ignatian sangat dipengaruhi oleh konsolasi dan desolasi. Dengan memahami dinamika batin dalam spirit konsolasi-desolasi, seorang pemimpin dapat mengambil keputusan dengan lebih bijaksana dan selaras dengan kehendak Tuhan.
Konsolasi adalah keadaan jiwa yang penuh dengan penghiburan, kedamaian, dan rasa dekat dengan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Gembala yang Baik memberikan teladan dan ajaran tentang bagaimana mengambil keputusan yang bijak dalam kehidupan. Keputusan yang bijak selalu berlandaskan kasih, kebenaran, dan kehendak Allah, sedangkan keputusan yang tidak bijak cenderung didasarkan pada egoisme, ketidaktaatan, dan hawa nafsu duniawi.
Dalam spiritualitas Ignatian, dinamika batin seseorang dalam pengambilan keputusan juga sangat dipengaruhi oleh konsolasi dan desolasi. Konsolasi membawa seseorang pada keputusan yang bijak karena selaras dengan kasih dan penyelenggaraan Tuhan, sedangkan desolasi dapat menjerumuskan seseorang pada keputusan yang tidak bijak karena dilandasi oleh kebingungan dan ketakutan.
Konsolasi dan Keputusan Bijak dalam Terang Ajaran Yesus
Keputusan yang Berdasarkan Kehendak Allah
Yesus selalu mengajarkan bahwa keputusan yang bijak harus sesuai dengan kehendak Bapa di surga. Dalam keadaan konsolasi, seseorang merasakan kedekatan dengan Tuhan, memiliki ketenangan batin, dan dapat melihat kehendak-Nya dengan lebih jelas (Discerment Leadership). Dalam keadaan ini, seseorang lebih mudah untuk berkata seperti Yesus di Getsemani: Bukanlah kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (bdk. Lukas 22:42)
Seorang gembala yang baik akan mempertimbangkan apakah suatu keputusan selaras dengan rencana dan kebenaran Allah, bukan hanya mengutamakan kepentingan pribadi.
Keputusan yang Dilandasi Kasih
Dalam konsolasi, seseorang merasakan sukacita dan harapan yang datang dari Tuhan. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mengambil keputusan dengan dasar kasih, bukan ketakutan atau kebencian.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39).
Ketika hati dipenuhi dengan kedamaian dari Tuhan, seseorang lebih mudah mengambil keputusan yang membangun persaudaraan sejati, sebagaimana Yesus sebagai Gembala yang Baik mengasihi domba-domba-Nya.
Keputusan yang Penuh Hikmat dan Penyerahan kepada Allah
Dalam keadaan konsolasi, seseorang memiliki kejelasan batin dan lebih peka terhadap suara Roh Kudus. Karena itu, keputusan yang diambil dalam keadaan ini cenderung lebih bijaksana dan penuh hikmat.
Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yakobus 1:5)
Oleh karena itu, dalam Latihan Rohani Ignatius, Ignatius Loyola menyarankan agar keputusan-keputusan penting lebih baik diambil dalam keadaan konsolasi, ketika seseorang lebih mampu melihat segala sesuatu dengan terang iman.
Desolasi dan Keputusan Tidak Bijak dalam Terang Ajaran Yesus
Keputusan yang Berdasarkan Nafsu Duniawi
Ketika seseorang berada dalam desolasi, ia sering kali merasa kosong, bingung, dan jauh dari Tuhan. Dalam keadaan ini, seseorang lebih rentan untuk mengambil keputusan yang didasarkan pada keserakahan, keinginan duniawi, atau pencarian kepuasan sementara.
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” (Markus 8:36)
Keputusan yang lahir dari desolasi sering kali tidak mempertimbangkan nilai-nilai rohani yang sejati dan lebih berorientasi pada keuntungan pribadi.
Keputusan yang Mengabaikan Suara Tuhan
Yesus mengecam orang-orang yang tidak mendengar dan tidak menaati firman Tuhan. Dalam desolasi, seseorang lebih mudah menutup diri terhadap bimbingan Roh Kudus dan mengambil keputusan yang didasarkan pada kebingungan atau kekecewaan.
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” (Matius 7:26)
Ignatius Loyola menasihatkan agar seseorang tidak mengambil keputusan besar saat berada dalam desolasi, karena keputusan yang diambil dalam keadaan ini sering kali tidak berasal dari bimbingan Tuhan melainkan dari kecemasan dan ketidakstabilan batin.
Keputusan yang Didasarkan pada Ketakutan dan Keraguan
Yesus juga menegur murid-murid-Nya yang takut dan tidak percaya. Dalam desolasi, seseorang mudah merasa takut, cemas, dan kehilangan harapan. Akibatnya, keputusan yang diambil lebih sering didasarkan pada ketakutan daripada iman.
Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?“ (Markus 4:40)
Keputusan yang lahir dari ketakutan biasanya tidak membawa damai dan sering kali justru memperburuk keadaan. Oleh karena itu, dalam masa desolasi, Ignatius menasihatkan agar seseorang tetap setia dalam doa dan menunggu sampai ia kembali mengalami konsolasi sebelum mengambil keputusan yang penting.
Kesimpulan
Dalam terang ajaran Yesus sebagai Gembala yang Baik dan spiritualitas Ignatian, keputusan bijak selalu berlandaskan kehendak Allah, kasih, dan hikmat-Nya, yang sering kali dirasakan dalam keadaan konsolasi. Sebaliknya, keputusan yang tidak bijak muncul dari nafsu duniawi, ketidaktaatan, dan ketakutan, yang sering kali menyertai keadaan desolasi.
Maka, dalam setiap pengambilan keputusan, kita dipanggil untuk mengenali kondisi batin kita. Jika kita berada dalam desolasi, kita diajak untuk tetap setia dalam doa dan tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. Sebaliknya, jika kita berada dalam konsolasi, kita dapat lebih mudah mengenali kehendak Tuhan dan mengambil keputusan yang sejalan dengan rencana-Nya. Dengan demikian, kita dapat meneladani Yesus Sang Gembala yang Bijak dalam setiap keputusan yang kita buat, sehingga hidup kita semakin memuliakan Allah.
Oleh Rm. Yudel Neno, Pr