keuskupanatambua.org – Menurut catatan sejarah, pada bulan Juli 1879, seorang misionaris Jesuit bernama Pastor Jacobus Kraaijvanger, SJ ditugaskan untuk menyelidiki kelayakan pendirian sebuah stasi di Atapupu. Setelah memastikan kesiapan Atapupu, beliau menulis surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia yang isinya memohon untuk mendirikan Stasi Atapupu. Atas permohonan itu, Gubernur Hindia Belanda menerbitkan surat izin pendirian Stasi Atapupu pada 1 Agustus 1883. Stasi Atapupu merupakan stasi pertama di Pulau Timor dan menjadi bagian dari Vikariat Apostolik Batavia dengan jumlah umat Katolik sampai dengan penyerahan misi dari SJ kepada SVD (1913) tercatat sebanyak 2.500 jiwa.
Dalam menjalankan tugas pelayanan pastoral di stasi yang baru ini, P. Kraaijvanger dibantu oleh P. Lammker, SJ (1885) dan P. Kuijper, SJ (1886-1888). Setelah P. Kraaijvanger meninggal, ia diganti oleh P. Hendrick Janssen, SJ (1889-1896). Lalu berturut-turut datang dan bertugas di Atapupu, P. Van Swietten, SJ (1896-1898), P. Van de Velden, SJ (1898-1899), dan P. Adrianus Matthijsen, SJ (1899-1913).
Setelah penyerahan karya misi dari SJ kepada SVD pada tahun 1913, Atapupu berstatus sebagai Stasi Transit dan menjadi bagian dari Prefektur Apostolik Sunda Kecil dengan Prefek Apostoliknya Mgr. Petrus Noyen, SVD. P. Yohanes Kreijten, SVD diangkat oleh pimpinan SVD sebagai Pastor Paroki SVD pertama untuk Paroki Atapupu. Pada 12 Maret 1920, Takta Suci di Roma menaikkan status Prefektur Apostolik Sunda Kecil menjadi Vikariat Apostolik Sunda Kecil dan Atapupu menjadi bagian dari Vikariat Apostolik Sunda Kecil di bawah Vikaris Apostolik Mgr. Arnoldus Verstrallen, SVD lalu diganti oleh Mgr. Hendrick Leuven, SVD pada tahun 1933. Pada 25 Mei 1936, Timor dipisahkan dari Vikariat Apostolik Sunda Kecil menjadi Vikariat Apostolik Timor-Nederland meliputi wilayah Timor Barat, Sabu Rote dan Alor Pantar.
Paroki Atapupu terus mengalami perkembangan dan pergantian pastor paroki. P. Anton Cranssen, SVD bertugas sebagai Pastor Paroki Atapupu dari tahun 1937 hingga tahun 1939. Beliau kemudian diganti oleh P. Nikolaus Visser, SVD tahun 1940-1943. Selama dua tahun (1943-1945) pendudukan Jepang, semua misionaris Belanda diasingkan, maka terjadilah kekosongan di Paroki Atapupu.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, misi mulai bercahaya lagi. Kini pimpinan SVD kembali menempatkan P. Nikolaus Visser, SVD sebagai Pastor Paroki Atapupu (1945-1953). P. Anton Cranssen, SVD datang lagi menggantikan P. Visser, SVD tahun 1953-1957, lalu datang P. Anton Soree, SVD dan bertugas selama setahun di Paroki Atapupu. Pada tahun 1958-1959 P. Roger J. Rissee, SVD menggantikan P. Anton Soree, SVD. Dan Pater Rissee diganti oleh P. Arnold van Lishout SVD (1959-1960). Selanjutnya Pater van Lishout ditarik ke Keuskupan untuk menjadi Prokurator, maka beliau diganti oleh P. Yohanes Deuling, SVD yang bertugas sebagai Pastor Paroki dari tahun 1960 hingga tahun 1976. Pada masa kepemimpinan P. Deuling bersama umat Atapupu berhasil membangun sebuah gereja pada tahun 1971. Setelah berusia 41 tahun, gereja tersebut dibongkar dan diganti dengan gereja yang baru.
Pada tahun 1976, Pater Deuling, SVD pindah ke Weoe. P. Mathias Timmermans, SVD datang menggantikan beliau sebagai Pastor Paroki dari tahun 1976-1978. Masa ini boleh dikatakan sebagai masa sulit karena terjadi perang saudara di Timor Seberang Lautan atau Timor Portugis di mana wilayah Atapupu yang berbatasan langsung menjadi basis konsentrasi militer Indonesia. Pada tahun 1978, P. Albert Kellner, SVD bertugas sebagai Pastor Paroki hingga tahun 1982. Ketika P. Kellner mengambil cuti ke negerinya pada tahun 1982, Paroki Atapupu dipimpin langsung oleh Deken Belu Utara, Rm. Edmundus Nahak, Pr sampai tahun 1985.
Pada tahun 1984, terjadi penyerahan estafet kepemimpinan keuskupan Atambua dari Mgr. Theodorus van Den Tillaart, SVD kepada Mgr. Anton Pain Ratu, SVD. Setelah kembali dari cuti, Mgr. Theodorus Sulama, SVD, Uskup Emeritus Atambua memilih tempat peristirahatan di paroki Atapupu, maka beliau menjadi Pastor Paroki Atapupu tahun 1985-1991. Beliau dibantu oleh seorang imam projo Keuskupan Atambua, Rm. Paulus Nahak II, Pr hingga wafatnya.
Setelah wafatnya Mgr. Theodorus Sulama, SVD terjadilah babak baru dalam kepemimpinan paroki di Atapupu. Mgr. Theodorus merupakan imam SVD terakhir yang bertugas sebagai Pastor paroki Atapupu. Selanjutnya sejak tahun 1992 hingga kini, Paroki Atapupu dipimpin oleh para imam diosesan dari Keuskupan Atambua. Imam projo KA yang pertama menjadi Pastor paroki Atapupu adalah Rm. Paulus Nahak II, Pr (1992-1995). Pada 1995-2001, Paroki Atapupu digembalai oleh Rm. Yosef Meak, Pr.
Sejak tahun 2001, Paroki Atapupu di bawah pimpinan Rm. Maxi Alo Bria, Pr sebagai Pastor Paroki dibantu oleh Rm. Yoris Giri, Pr sebagai Pastor Rekan. Pada masa kepemimpinan kedua Pastor ini berhasil dibangun sebuah gereja baru yang dimulai tahun 2005 hingga selesai dan ditahbiskan oleh Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku pada 1 Agustus 2012.
Paroki Stella Maris Atapupu memiliki wilayah yang terbentang dari kampung Halibada, Stasi Silawan hingga Roti Klot, Lingkungan Santa Maria Bunda Allah Fuka Laran. Umumnya umat berdomisili di sepanjang pesisir pantai Atapupu, Mota Ain, Seroja hingga Teluk Gurita. Dari letaknya tersebut, bagian Utara berbatasan dengan Selat Ombai. Bagian Selatan berbatasan dengan Paroki Sadi dan Haliwen. Bagian Barat berbatasan dengan Paroki Fatuoni, Dekenat Mena, dan bagian Timur berbatasan dengan Distrik Bobonaro, Negara Timor Leste.
Dari data statistik tahun 2014 diketahui bahwa Paroki Atapupu mempunyai jumlah umat Katolik sebanyak 14.638 jiwa yang tersebar dalam 2.957 KK. Paroki tertua di Pulau Timor ini memiliki 3 stasi yakni Stasi Lakafehan; Stasi Seroja dan Stasi Silawan. Jumlah umat yang besar ini tersebar di 36 lingkungan dan 119 KUB.
Sejak awal berdirinya Paroki Atapupu tidak dapat dilepaskan dari peran kaum awam. Mereka terlibat dalam berbagai urusan gereja seperti Koster, Guru Agama dan Dewan Pastoral Paroki. Sebagai koster pertama di Paroki Atapupu pada masa imam-imam Jesuit adalah Mateus Mau dan pada masa para misionaris SVD adalah Kosmas Lahok.
Selain sebagai Koster dan Guru Agama, para awam terlibat aktif sebagai Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan atau Majelis Gereja. Tahun 1945-1953 tercatat sebagai Majelis Gereja adalah Konstantinus Mauk Riberu; Yohanes B. Mali dan Gabriel Moruk Pareira. Pada periode 1953-1964, Gabriel Moruk Pareira; Yohanes B. Mali dan Gerardus Meak. Periode 1964-1973, terpilih Gabriel Moruk Pareira, Paulus Lopez dan Gerardus Meak sebagai Majelis Gereja Paroki Atapupu. Zakarias Kapir, Yosep Asa dan Petrus Duan (Majelis Gereja Periode 1974-1976).
Sejak tahun 1976 struktur Gereja mulai menggunakan struktur baru Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Keuangan Paroki. Pada periode 1997-2001, Dewan Pastoral Paroki dijabat oleh Zakarias Kapir, Yakobus Nahak, Frans Saik Lopez berturut-turut sebagai Ketua I, II dan III, sedangkan Dewan Keuangan Paroki ditangani oleh Markus Bau, Veronika Fore, Agustinus Belmo sebagai Ketua, sekretaris dan bendahara. Periode 2001-2008 masuk dalam jajaran DPP, Bapak Januario Moreira sebagai Ketua III, sedangkan DKP dijabat oleh Agustinus Belmo, Veronika Fore dan Marselinus Berek. Pada periode 2009-2015 posisi ketua I, II dan III dijabat oleh Frans Saik Lopez, Hubertus Bau, dan Petrus Kapir Seran, sedangkan DKP oleh Markus Bau, Marselinus Heuk, dan Maria Biak.
Selain Dewan Pastoral Paroki dan Majelis Gereja, ada sejumlah guru Katolik yang mengabdikan diri pada sekolah-sekolah yang ada di seluruh wilayah Paroki Atapupu. Paroki ini memiliki: 7 TK/PAUD, 10 SDK/I, 5 SMPN/K, dan 2 SMKN.***
(Yosef M.L.Hello, sumber Yun Koi Asa, Gereja Atapupu Quo Vadis?).